Potret24.com- Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau, dengan luas wilayah 8.881,59 Km2, terdiri dari 12 kecamatan dan berpenduduk sekitar 250.224 jiwa ini pernah menjadi lumbung padi terbesar di Provinsi Riau sewaktu masih bergabung dengan Kabupaten Bengkalis.
Kini, Pemkab Inhil masih punya mimpi besar terhadap pertanian di Rohil.
Pemkab Rohil terus berupaya meningkatkan produksi hasil pertanian padi di Negeri Seribu Kubah. Berswasembada pangan menjadi tujuan jangka pendeknya. Sedangkan jangka panjang adalah menjadikan Rohil sebagai lumbung padi di Provinsi Riau
Mimpi itu bukanlah isapan jempol belaka. Mengingat Rohil ditopang potensi pertanian yang ada. Sedikitnya ada enam kecamatan di Kabupaten Rohil yang saat ini menjadi lumbung produksi padi. Diantaranya Kecamatan Bangko, Pekaitan, Kubu, Kubu Babussalam, Sinaboi, dan Rimba Melintang. Namun yang paling terbesar saat ini produksi hasil padi berada di Kecamatan Rimba Melintang.
Hal tersebut dibuktikan pada panen raya yang dilakukan oleh Bupati Rohil Suyatno bersama Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim beberapa waktu lalu. Panen padi seluas lebih dari 300 hektar digelar di Kepenghuluan Pematang Sikek, Kecamatan Rimba Melintang.
Bupati bersama Plt Gubernur, Danrem 031 Wirabima Brigjend Sonny Aprianto, serta didampingi beberapa pejabat lainnya turun kesawah untuk memanen padi. Dalam panen padi tersebut juga disaksikan oleh kelompok tani serta ratusan warga setempat. Raut wajah pejabat tingkat provinsi dan kabupaten setempat terpancar cerah ketika melakukan panen raya padi dengan hasil mencapai dua ribu ton tersebut.
Bupati Rohil Suyatno menjelaskan, Kabupaten Rohil memiliki tanaman padi mencapai lebih dari dua puluh ribu hektar yang terdiri dari enam kecamatan yakni Kecamatan Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, Kubu, Pekaitan dan Kubu Babussalam. Luas tanaman yang ada di Rohil berkisar 5,21 persen, atau 950 hektar berada di Kecamatan Rimba Melintang.
Suyatno juga mengungkapkan bahwa pada areal persawanan di Kepenghuluan Pematang Sikek, para petani mampu melakukan dua hingga tiga musim tanam dengan produksi 3.600 ton gabah kering pertahun selama dua kali musim tanam.
Dalam upaya meningkatkan hasil produksi tanaman padi petani, Pemkab Rohil telah memberikan bantuan alat pertanian seperti mesin tanam, handtraktor, pompa, selang air dan lainnya. Para petani juga didampingi tenaga penyuluh lapangan serta didampingi dan digerakkan oleh TNI seperti Babinsa.
“Keterlibatan aparat TNI membuat semakin optimis karena Babinsa berperan sebagai pendamping dalam usaha tani untuk mewujudkan produksi padi yang lebih besar,” kata suyatno.
Sementara, Plt Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim mengatakan, Rohil merupakan suatu wilayah yang masuk dalam kategori lumbung padi di Provinsi Riau setelah Kabupaten Indragiri Hiilir dan Kampar. Sebab, dalam satu tahun para petani mampu melakukan beberapa kali panen dengan jumlah besar.
“Kita sangat menyayangkan potensi seperti ini belum diketahui oleh pemerintah pusat. Kita menginginkan agar padi di Rohil ini bisa diperhatikan oleh pemerintah pusat sehingga akan menjadi semangat bagi petani serta untuk lebih meningkatkan hasil produksi padi nantinya,” ujarnya.
Wan Thamrin juga mengatakan bahwa Pemprov Riau akan berupaya untuk mengajak Menteri Pertanian berkunjung ke Rohil untuk melihat potensi pertanian serta produksi padi tersebut. “Menteri Pertanian harus tahu ini agar beliau lebih memperhatikan kita, selain sebagai penyemangat para petani, kita juga akan dapat bantuan alat pertanian untuk meningkatkan hasil produksi padi,” harapnya.
Wan Thamrin yang juga mantan Bupati Rohil tersebut menyayangkan hasil produksi padi Rohil dikirim ke daerah lain, sehingga ketika telah menjadi beras maka terjadi harga jual yang lebih tinggi. “Kita berharap Rohil memiliki pabrik produksi beras agar hasil para petani ini bisa kita hak patenkan sebagai produksi yang berasal dari Kabupaten Rohil,” katanya.
Alih Fungsi Lahan
Bupati Rokan Hilir, Suyatno mengatakan untuk mengembalikan kejayaan Rohil sebagai lumbung padi di Riau, perlu dukungan semua pihak untuk membangun optimisme. Dia pun mengungkapkan beberapa latar belakang persoalan, salah satunya terkait keinginan pemerintah membatasi upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di tengah krisis harga pasar yang membuat anjloknya harga sawit petani.
Idealnya, sebut bupati, kondisi harga sawit yang turun mampu menekan terjadinya penyusutan terhadap upaya ekspansi perkebunan yang menggerus usaha pertanian khususnya tanaman pangan, termasuk padi. Namun, dia tidak menafikan kalau pengaruh perkebunan sawit telah menyebabkan terjadinya degradasi luasan lahan pertanian tanaman pangan, khususnya padi.
Hal ini sangat dikhawatirkan dan Rohil yang selama ini terkenal dengan sebagai penghasil lumbung padi bisa menjadi tinggal kenangan. Hingga saat ini Diperkirakan sekitar 27 Ha lahan sawah telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit.
“Alih fungsi lahan saat ini tidak dapat dibendung, masyarakat cendrung berubah tanaman dari lahan sawah menjaddi lahan perkebunan sawit, tiap tahun masyarakat petani berubah fungsi saat ini,” kata Bupati Rokan Hilir H Suyatno.
Diperkirakannya saat ini sudah mencapai 27 hektar lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan perkebunan sawit. Menyikapi hal tersebut, Kepada Dinas Pertanian, khususnya tenaga PPL di lapangan terus bekerja keras memberdayakan masyarakat dan memberi penjelasan serta pengertian sehingga masyarakat pertanian, tidak melakukan alih fungsi lahan.
Sebab, kalau itu terus berlangsung maka dikhawatirkan swasembada pangan sangat sulit tercapai di Kabupaten Rokan Hilir ini. Yang ada adalah swasembada sawit, bukan swasembada pangan, sehingga perlu diambil langkah-langkah yang konkrit untuk mengatasinya.
Lebih lanjut Suyatno menjelaskan akibat alih fungsi lahan ini, banyak kecamatan yang dulunya dikenal sebagai sentral penghasil padi dan beras kini berubah daerah penghasil sawit, hal ini terlihat seperti di Kecamatan Bangko, Sinaboi, Palika, Kubu dan Rimba Melintang.
Diakui bupati, Suyatno, memancang program swasembada pertanian, hasilnya memang tidak bisa langsung dirasakan. Butuh waktu hingga tiga tahun ke depan untuk mencapai kerja besar ini. Selain itu, pemerintah daerah bersama DPRD berupaya memajukan sektor pertanian, jagung dan kedelai dalam tiga tahun kedepan. bidang pertanian dan palawija.
“Untuk Riau, Kabupaten Rohil masih yang terbaik kedelainya. Dan, daerah Darussalam daerahnya sangat potensi untuk tanaman kedelai dan jagung, saya berharap bisa tetap dipertahankan. Targetnya, Indonesia harus menjadi daerah swasembada pangan 2017,” paparnya.
Pemkab Rohil sudah bertekad terus menjadikan lumbung pangan di Provinsi Riau dengan cara mengembangkan areal pertanian yang ada dan mencetak sawah baru. Sebagai prinsip landasan hukum dari penerapan kebijakan tersebut, maka pemerintah sangat menekankan penerapan Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan.
Kebijakan ini juga merupakan implementasi dari kebijakan nasional untuk mempertahankan cadangan pangan di dunia yang saat ini juga mengalami penurunan dan kondisi cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah. Dengan kondisi demikian tentu akan menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal, ditambah lagi keadaan iklim saat ini yang sudah tidak menentu yang menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsong dan kekeringan. (Advertorial)