Potret24.com, Pekanbaru – Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kota Pekanbaru, Datuk Said Usman Abdullah mendesak Aliansi Mahasiswa Penyelamat Uang Negara (AMPUN) Riau yang menggelar aksi di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Rabu (02/06/2021) kemarin untuk meminta maaf kepada Gubernur Riau, Syamsuar.
Sebab, Said menilai apa yang dilakukan AMPUN tidak mencerminkan budaya Melayu yang mesti dijunjung tinggi masyarakat Riau, khususnya Pekanbaru yang merupakan ibukota Provinsi Riau.
“Kita menyayangkan kalau foto Gubernur Riau, yang sudah diberi gelar adat Datuk Seri Setia Amanah diedit seperti drakula, ini rasanya kurang lah elok, ini Negeri Melayu dan semua suku bangsa yang ada di riau sepakat untuk kedepankan moral, dengan adat, adab, sopan dan santunnya,” kata Mantan Anggota DPRD Pekanbaru ini, Kamis (03/06/2021).
Said meminta supaya mahasiswa-mahasiswa tersebut meminta maaf kepada Gubernur Riau, dan ini mesti menjadi pelajaran untuk kedepannya lebih berhati-hati dalam menyampaikan aspirasi.
Karena menyampaikan pendapat merupakan amanah dari UU, dan dia tidak berhak melarang. Namun, tentunya ada etika-etika yang mesti dipatuhi bagi masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat.
“Silahkan demo, tapi jangan berlebihan, ini negeri melayu. Kami selaku orang adat menyayangkan itu terjadi. Kalau mau menyampaikan aspirasi, sampaikan saja, jangan berlebihan gitu. Gubernur itu orang tua kita,” tutupnya.
Sebelumnya, puluhan mahasiswa berunjuk rasa di kantor Kejati Riau Rabu (2/6). Mereka mendesak jaksa menyelidiki kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial (Bansos) Rp 56,7 miliar di Pemkab Siak tahun anggaran 2014-2019. Saat itu, Gubernur Riau Syamsuar masih menjabat sebagai Bupati Siak.
Para mahasiswa yang mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Mahasiswa Penyelamat Uang Negara (AMPUN) Riau itu, berorasi dan membentangkan spanduk yang bertuliskan desakan agar jaksa penyidik segera memeriksa Syamsuar.
Di spanduk itu juga tertulis Gubernur Riau sebagai “drakula”, disertai karikatur. (go/has)