Seperti dilaporkan media Inggris, Daily Star dan dikutip Metro.co.uk, Selasa (11/6/2019), perintah eksekusi mati itu dijatuhkan oleh Kim Jong-Un terhadap sang jenderal yang tidak disebut namanya. Tidak diketahui pasti kapan eksekusi mati itu dilakukan.
Menurut sumber yang dikutip Daily Star, sebuah tangki raksasa sengaja dibangun di Ryongsong Residence, salah satu kediaman resmi Kim Jong-Un, setelah pemimpin Korut itu memerintahkan para penasihatnya mengembangkan metode baru untuk eksekusi mati.
Sumber tersebut menyatakan tidak tahu pasti apakah sang jenderal Korut tewas luka-luka akibat gigitan ikan piranha, atau tewas dimakan hidup-hidup oleh piranha atau karena tenggelam. Namun disebutkan bahwa tangki raksasa itu diisi ratusan ekor piranha dari Brasil.
“Penggunaan piranha adalah ciri khas klasik Kim. Dia kerap menggunakan ketakutan dan teror sebagai alat politik. Dia tidak peduli apakah penggunaan piranha menjadi cara efisien untuk membunuh seseorang,” ujar sumber yang dikutip Daily Star.
Metode-metode eksekusi mati keji lainnya di Korut antara lain mengumpankan korban ke harimau, melakukan pemenggalan, membakar korban hidup-hidup dan meledakkan korban dengan senjata anti-tank.
Sejak Kim Jong-Un berkuasa tahun 2011, dia diyakini telah mengeksekusi mati 16 penasihat seniornya. Ratusan warga Korut juga dibunuh. Salah satu jajaran pejabat militer yang dikabarkan dieksekusi mati adalah seorang komandan militer Korut, bos Bank Sentral Korut dan Duta Besar Korut untuk Kuba juga Malaysia.
Kabar eksekusi mati dengan piranha ini mencuat beberapa hari setelah Kim Jong-Un dilaporkan memerintahkan lima penasihatnya dieksekusi mati. Laporan surat kabar Korea Selatan (Korsel), Chosun Ilbo, menyebut Kim Jong-Un mengeksekusi mati beberapa anggota tim negosiasi pertemuan puncak Vietnam, yang menjadi pertemuan kedua Kim Jong-Un dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kim Jong-Un dilaporkan memerintahkan regu tembak membunuh Kim Hyok-Chol dan empat bawahannya setelah muncul klaim mereka menjual informasi ke AS. (Lis)