PSBB Ala Firdaus, Tak Dibantu Wajar Saja Mereka Terpaksa Keluar Rumah

PSBB Ala Firdaus, Tak Dibantu Wajar Saja Mereka Terpaksa Keluar Rumah

Potret24.com, PEKANBARU – Pelaksanaan Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) di Kota Pekanbaru berjalan alakadarnya. Sejumlah warga mengaku tetap keluar rumah daripada keluarganya tidak makan di rumah. “Ini PSBB ala Firdaus. Kita disuruh tetap di rumah, tapi bantuan tak sampai. Mau kita kasih makan apa anak dan istri di rumah,” kata Syamsul, seorang warga Pekanbaru yang ditemui berada di luar. Pengemudi ojek online ini mengaku tetap mengantarkan pesanan makanan konsumennya meski sudah dilarang beroperasi di atas jam 20.00 WIB. “Saya tidak takut Pak, saya lebih takut anak dan istri saya tidak makan di rumah. Tidak bekerja otomatis tidak ada uang masuk,” katanya lagi.

Senada dengan Syamsul, sejumlah pengemudi ojek online lainnya tetap saja tidak mengindahkan aturan PSBB yang diterapkan Walikota Pekanbaru. “Ini cuma PSBB akal-akalan Walikota Pekanbaru. Seharusnya dia pikirkan, kita mau makan apa kalau tidak bekerja. Sekalian saya mau tanyakan bantuan yang katanya sudah disiapkan itu mana? Kenapa kami belum terima,” kata seorang pengemudi ojek online lainnya.

Ditambahkannya lagi, dirinya mau saja mengikuti aturan yang telah dibuat Pemko Pekanbaru. Tapi konsekuensinya, sangat berat bagi kami dan keluarga kami. “Ini kebijakan sepihak. Seharusnya Walikota Pekanbaru membuat regulasi terkait PSBB ajak orang lain untuk bicara. Jadi tahu plus dan minusnya nanti,” katanya lagi.

Sementara pantauan potret24.com di lapangan, tepatnya di Jalan HR Soebrantas, tampak masih ramai. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Termasuk di Jalan Riau sekitar pukul 22.00 WIB, juga terpantau ramai. Banyak pengendara menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan masker dan juga berboncengan hilir mudik di Jalan Riau.

Seorang warga yang ditemui di Jalan Riau mengaku terpaksa keluar karena kebutuhan mendesak. “Tidak ada lagi yang bisa dimakan di rumah, terpaksa keluar cari pinjaman dulu,” katanya berdalih. Ketika ditanyakan bantuan subsidi yang sudah dialokasikan Pemko Pekanbaru, dirinya dengan tegas mengatakan tidak ada. “Tanpa bantuan, terpaksa kita langgar aturan PSBB. Dan saya tidak takut. Karena saya lebih takut anak dan istri saya tidak makan di rumah,” katanya dengan suara lantang.

Mengacu dari keterangan sejumlah warga yang masuk kategori tidak mampu di Pekanbaru, bantuan Pemko Pekanbaru kembali dipertanyakan. Apakah sudah dialokasikan atau belum. Bisa jadi, sudah dialokasikan tapi pendistribusiannya tidak sesuai harapan atau malah tidak sampai.

Seorang warga Pekanbaru, Ikhsan menilai alokasi bantuan Pemko Pekanbaru diduga telah disalahgunakan oleh sejumlah pihak. “Saya rasa tidak sampai pada pihak yang berhak menerimanya,” katanya lagi. Dirinya menilai, kalau Pemko Pekanbaru menyalurkan bantuan melalui pihak yang biasa menyalurkan terlalu riskan terjadinya penyelewengan.

“Karena mereka sudah biasa menyimpangkan bantuan pemerintah. Dan sudah jadi uang masuk bagi mereka,” katanya lagi. Dirinya menilai semestinya Pemko Pekanbaru membentuk tim tersendiri untuk menyalurkan bantuan. Tim ini kemudian setiap hari hari membagikan bantuan di dua kecamatan. “Seminggu kelar khan. Tanpa ada korupsi ataupun kolusi,” tambahnya lagi. (gr)