Home » Home » Potret Internasional » Presiden Suriah Bashar al-Assad ke China Temui Xi Jinping

Presiden Suriah Bashar al-Assad akan bertemu Xi Jinping. (Foto: AFP/LOUAI BESHARA)

SURIAH – Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tiba di kota Hangzhou di China, untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.

Assad dijadwalkan menghadiri upacara pembukaan Asian Games bersama puluhan pejabat asing, sebelum bertemu dengan Presidn Xi.

Dilansir Reuters, Assad akan bertemu Xi pada Jumat (22/9/2023) waktu setempat. Ketibaannya di China mengundang perhatian, sebab sangat jarang terjadi seorang pemimpin Suriah melakukan kunjungan keluar negeri sejak dimulainya perang saudara.

Para pengamat menyebut, kedatangan Assad ke Negeri Tirai Bambu menandakan sikap China yang semakin terbuka “menantang” Amerika Serikat.

“Xi Jinping berusaha menantang AS secara terbuka. Tidak mengherankan jika dia bersedia melawan norma-norma internasional dan menjadi tuan rumah bagi pemimpin seperti Assad,” kata pengamat dari Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Singapura, Alfred Wu, dikutip Reuters.

Assad terakhir kali datang ke China pada 2004, untuk bertemu presiden saat itu yakni Hu Jintao. Ini adalah kunjungan perdana kepala negara Suriah, sejak hubungan diplomatik kedua negara terjalin pada 1956.

China tetap mempertahankan hubungan dengan Suriah, meski negara-negara lain mengisolasi negara Timur Tengah itu bersama Assad, atas tindakan kerasnya terhadap demonstrasi anti-pemerintah yang pecah pada 2011 lalu.

Beberapa negara menjatuhkan sanksi atas Assad di antaranya Australia, Kanada, Eropa, Swiss dan AS. Namun upaya penjatuhan sanksi multilateral gagal mendapat dukungan bulat di Dewan Keamanan PBB, di mana China dan Rusia adalah anggota tetap dengan hak veto.

Seperti dilansir cnnindonesia, China sudah delapan kali memveto usulan PBB yang mengutuk pemerintahan Assad.

Suriah sendiri memiliki kepentingan strategis bagi China, karena terletak di antara Irak yang menyediakan sepersepuluh minyak bagi China. Suriah juga berada dekat Turki dan Yordania, yang kerap menjadi “penengah” dalam konflik regional. (win)