Polda Riau Paparkan Kronologi dan Hasil Autopsi Dugaan Kekerasan Anak di Bawah Umur di Inhu

PEKANBARU – Setelah melalui proses panjang, akhirnya Polda Riau menggelar konferensi pers hasil autopsi dugaan kekerasan terhadap anak di bawah umur, almarhum KB (8), siswa SD Negeri di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), bertempat di Gedung Media Center Polda Riau, Rabu (4/6/2025).

Konferensi pers ini dipimpin Dir Reskrimum Polda Riau, Kombes Pol Asep Dermawan didampingi Plh Kabid Humas, AKBP Vera Taurensa, Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Riau, AKBP Supriyanto, Kasat Reskrim Polres Inhu, AKP Arthur Joshua Toreh dan Dokter Spesialis Forensik, DR. dr. Muhammad Tegar Indrayana.

Kombes Pol Asep Darmawan mengungkapkan bahwa korban diduga mengalami penganiayaan oleh lima anak laki-laki yang juga masih di bawah umur.

Sementara itu, Kapolres Indragiri Hulu AKBP Fahrian S. Siregar mengatakan, penyidikan peristiwa ini dimulai setelah menerima laporan bahwa seorang anak laki-laki (8) telah meninggal dunia.

Menurut keterangan dari kedua orang tuanya, sebelum meninggal, korban sempat mengeluh sakit dan sempat dibawa berobat ke tukang urut dan kemudian ke klinik setempat. Namun, kondisinya memburuk hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir.

Sejauh ini telah memeriksa sedikitnya 22 saksi, termasuk kedua orang tua korban, dua tukang urut, dua dokter, lima teman sekolah korban, kepala sekolah, serta sejumlah pihak lainnya.

“Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menyusun rangkaian peristiwa yang menyebabkan kematian korban,” ungkap Fahrian.

Pada kesempatan itu juga, tim Forensik Polda Riau, AKBP Supriyanto menjelaskan pihaknya menemukan adanya kebocoran pada appendiks yang menyebabkan peradangan luas di rongga perut (infeksi peritonitis), yang akhirnya memicu kegagalan sistemik dan mengakibatkan kematian.

“Penyebab kematian korban karena infeksi sistemik berat akibat pecahnya usus buntu menyebabkan infeksi meluas di rongga perut,” ujarnya.

Pihak kepolisian masih mendalami apakah luka-luka luar yang ditemukan memiliki kaitan dengan dugaan kekerasan atau insiden lain yang turut memperparah kondisi korban.

โ€œMemang ada beberapa memar kami temukan, namun sejauh ini belum ditemukan penyebab pecahnya usus buntu akibat memar,” ungkap Supriyanto.

Diketahui, tim Forensik Polda Riau yang dipimpin oleh AKBP Supriyanto bersama Dokter Spesialis Forensik, DR. dr. Mohammad Tegar Indrayana melaksanakan autopsi tersebut di RSUD Indrasari Rengat.

Proses autopsi dilakukan secara menyeluruh dan berdasarkan fakta-fakta medis serta temuan pendukung lainya. (Rilis/Manroe)