Potret24.com, London – Tim bulu tangkis Indonesia harus mengalami nasib tragis di All England 2021.
Setelah diminta mundur, mereka juga seolah didiskriminasi termasuk saat di hotel.
Di saat itu, mie instan jadi penyelamat.
Kondisi tragis tim bulu tangkis Indonesia selama di Inggris itu dibeberkan istri Marcus Gideon, Agnes Gideon.
Hal tersebut disampaikan Agnes di media sosial Instagramnya yang telah terverifikasi, pada Kamis (18/3/2021).
Nasib tragis harus dialami tim bulu tangkis Indonesia yang harus ‘disingkirkan’ dari ajang bergengsi All England 2021.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya penumpang satu pesawat atlet Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Penumpang tersebut diketahui berangkat dari Istanbul, Turki menuju Birmingham, Inggris.
Pantauan potret24.com, Agnes merasa jika pihak penyelenggara berlaku semena-mena kepada atlet Indonesia yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Para atlet menjalani Isolasi Mandiri di sebuah hotel, mereka pun hanya diberi sarapan pagi saja.
Untuk makan siang dan malam, para atlet diminta untuk membeli dari hotel dengan uang pribadi.
“Jangan lupa dikasih makan juga pemain yang lagi karantinanya, masa iya pas dateng ke sana udah gak boleh kemana-mana harus di kamar aja, makanan aja gak dikasih, cuman dikasih breakfast aja? Makan siang dan malam boleh pesan di hotel tapi berbayar sendiri,” tulis Agnes di Insta Story-nya, Kamis (18/3/2021).
Karena harus melakukan isolasi mandiri selama 10 hari terhitung sejak tanggal kedatangan, tentu akan sangat memberatkan jika para atlet dan staff harus terus menerus memesan makan siang dan malam di hotel.
Tetapi ternyata, para atlet sudah membawa beberapa bahan makanan seperti indomie dan alat penanak nasi yang bisa sedikit meredakan rasa lapar dan dahaga.
“Untungnya atlet Indo pada bawa rice cooker, indomie, etc. Pada bawa sangu. Kasian ya,” tutup Agnes.
Tim bulu tangkis Indonesia yang dipaksa mundur di All England mengundang reaksi keras dari Joko Suprianto, legenda pebulutangkis Indonesia.
Mantan ranking 1 dunia kategori tunggal putra era 1993 ini menyayangkan apa yang telah terjadi, khususnya kurang antisipasinya BWF.
Pasalnya, BWF tak bisa beraksi banyak akibat kebijakan otoritas kesehatan Inggris, NHS (national healthy service) yang memaksa langkah Indonesia terhenti di kejuaraan bergengsi tersebut.
Sialnya lagi, kebijakan memaksa mundur tim Indonesia justru terjadi setelah tiga andalan Indonesia telah bermain, yaitu dua ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan-Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya-Marcus Fernaldi Gideon, serta Jonatan Christie.
“Pertama keputusan itu telat. Seharusnya BWF koordinasi penuh dengan NHS soal kebijakan, jadi semuanya diberitahu sejak awal. Ini kurang antisipasi, padahal beberapa pemain sudah bertanding.
Kedua, service judge di pertandingan Hendra-Ahsan melawan tuan rumah Inggris justru berasal dari tuan rumah. Ini tidak boleh, dan ketiga adalah fakta mengapa ada pemain yang satu penerbangan dengan tim Indonesia masih diizinkan bermain. Tiga hal ini perlu transparansi,” ujar Joko kepada Warta Kota, Kamis (18/3/2021).
Joko pun mendukung langkah PBSI yang meminta kejelasan, dan keterbukaan.
Menurutnya, klarifikasi begitu penting dan mesti dilakukan dengan langkah-langkah terukur.
“Protes dan langkah tegas boleh, apalagi prosesnya lewat aturan-aturan yang tepat bagaimana antar lembaga sesuai dengan tupoksi masing-masing bisa meminta kejelasan soal ini. Pasti pihak Dubes kita juga nanti menjelaskan informasi resminya, berkaitan dengan otoritas dan kebijakan disana, dan kita tunggu,” katanya.
Jika sudah ada transparansi, dan PBSI ingin mengambil langkah kebih lanjut, Joko menyarankan agar semuanya seiya sekata mencari keadilan.
“Perlu diketahui, BAC (badminton asia confederation) juga ada, dan PBSI bisa koordinasi juga supaya lebih kuat nantinya. Bagaimana pun, hal-hal seperti ini demi sportivitas dan kemajuan bulu tangkis itu juga,” ujarnya.
Sebelumnya, kontingen Indonesia dipaksa mundur karena saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham, Sabtu (13/3/2021) lalu, terdapat satu penumpang yang terkena Covid-19 yang disebut telah berinteraksi dengan tim Indonesia.
Meskipun tim Indonesia seluruhnya dalam kondisi sehat dan negatif dari Covid-19, NHS justru mewajibkan Indonesia isolasi 10 hari di hotel dan dipaksa out dari turnamen All England. (gr)