20 April 2024

Potret24.com- Sejarah telah mencatat bahwa Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) pernah menjadi eksportir ikan terbesar kedua didunia setelah Kota Bergen di Norwegia. Namun sekarang, julukan itu mulai pudar dan tangkapan nelayan semakin merosot.

Bagansiapiapi yang saat itu masih berada di wilayah Kabupaten Bengkalis menjadi pusat pendaratan ikan terbesar. Ada ratusan kapal kapal trawl saat itu yang mendaratkan ikan di Bagansiapiapi. Berton-ton ikan, mulai dari ikan basah segar, ikan atau udang kering, ikan asin atau terasi, diekspor dari kota ini ke berbagai tempat. Dalam satu tahun, hasil tangkapan ikannya bisa mencapai 150.000 ton. Ekspor hasil laut berkembang menjadi salah satu pilar ekonomi rakyat.

Akan tetapi hal yang sangat disayangkan karena saat ini Bagansiapiapi tinggallah sejarah, namanya memudar seiring dengan berkurangnya sumberdaya perikanan yang terus merosot. Hal ini terjadi karena eksplorasi yang dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan kapal dengan alat tangkap pukat harimau yang membuat semua faktor penunjang yang memenuhi kebutuhan ikan rusak, bahkan dinyatakan susah untuk kembali seperti semula dan akan memakan waktu yang lama.

Belajar dari kejadian yang terjadi di Bagansiapispi, pemerintah menetapkan pukat harimau sebagai alat tangkap yang di larang. Akan tetapi dalam prakteknya saat ini masih banyak yang menggunakan alat tangkap yang dimaksud dalam larangan tersebut tetapi namanya di ubah oleh sebagai nelayan dan memodifikasinya tapi prinsip kerja dari alat tersebut masih sama.

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, saat ini terus berupaya untuk menggembalikan predikat yang dahulunya pernah meraih sebagai daerah penghasil ikan terbesar didunia.

“Memang dulunya Bagansiapiapi penghasil ikan terbesar kedua didunia dan kami ingin predikat itu bisa diraih kembali. Upaya-upaya yang kami lakukan saat ini salah satunya memberikan bantuan kepada para nelayan setiap tahunnya,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil, M Amin.

Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil, hasil tangkapan nelayan pada tahun 2013 lalu hanya sebanyak 47.511,81 ton dengan rincian 46.781 ton atau sekitar 98,46 persen merupakan hasil perikanan laut dan perairan umum. Sedangkan hasil tangkap nelayan budidaya hanya 730,81 ton atau 1,54 persen.

“Jika hasil tangkap perikanan nelayan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan total produksi ikan 57.850 ton maka terjadi penurunan pada tahun 2013 lalu sebesar 17,87 persen,” katanya.

Untuk hasil tangkap nelayan pada tahun 2014 tercatat produksi ikan sebanyak 33.847,46 ton, dimana 49.141 ton atau 98,00 persen merupakan hasil tangkap perikanan laut dan perikanan umum. Sementara untuk hasil tangkap ikan budidaya sebesar 1.089,76 ton atau 2,00 persen. Hasil tangkap nelayan ini juga terjadi penurunan dari tahun 2013 lalu sebesar 16,79 persen.

Dengan kondisi yang terjadi dua tahun terakhir itu sambung dia, tentunya sangat berimbas bagi perekonomian para nelayan meskipun laut Rohil masih banyak menyimpan potensi perikanan yang siap untuk dikembangkan. Meski demikian untuk meraih kejayaan tersebut dalam beberapa tahun terakhir pemerintah daerah telah membuat program dengan cara melakukan pembinaan dan memberikan berbagai bantuan alat tangkap agar para nelayan bisa hidup sejahtera.

“Upaya ini kami lakukan untuk memperkuat para nelayan dari yang tidak bersemangat menjadi lebih semangat. Pemberdayaan yang dilakukan itu juga sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2015 tentang pemberdayaan nelayan dan budidaya ikan,” katanya lagi.

Tekad Pemkab Rohil ingin mengembalikan kejayaan Rohil sebagai penghasil ikan terbesar di dunia bukanlah lipservice belaka. Berbagai kegiatan dan program diluncurkan demi mengembalikan marwah Rohil di mata dunia dari sektor perikanan.

Komitmen Berantas Illegal Fishing

Bupati Rokan Hilir, H Suyatno dalam pertemuan dengan nelayan di kantor bupati belum lama ini menyatakan komitmennya memberantas illegal fishing atau pencurian ikan. Bahkan Pemkab Rohil mengundang pihak TNI AL dari Tanjung Balai Asahan serta pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau.

Bupati menyatakan dari 18 kecamatan, beberapa kecamatan di Rohil masyarakat penghidupannya sebagai nelayan. Dengan rincian, Kecamatan Pasir Limau Kapas sekira 4 ribu nelayan, Sinaboi seribu nelayan, Bangko seribu nelayan, ditambah Kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam yang berjumlah ribuan juga.

Ditambah pernah terjadi 19 nelayan asal Pasir Limau Kapas yang ditangkap Police Marine Malaysia, kebetulan nelayan itu membawa GPS pemberian Pemkab Rohil, sehingga didapat informasi dari pihak kedutaan Indonesia di Malaysia. Mereka tertolong karena adanya GPS tersebut.

Setelah itu, adanya kekhawatiran nelayan Rohil terhadap semakin merajalelannya pukat harimau di perairan Rohil, yang masuk malam hari. “Betul ndak,” tanya Suyatno yang dijawab dengan suara bulat dari ratusan nelayan yang hadir membetulkan.

Sehingga dengan kondisi itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap perairan, meski diakuinya sangat sulit, namun itu harus dilakukan. “Mengawasi perairan Rohil memang sulit. Untung tak ado Abu Sayaf,” katanya.

Makanya dengan sosialisasi ini diminta kepada nelayan, bila terjadi sesuatu di laut, harap tanyakan kepada aparat terlebih dahulu, jangan main hakim sendiri. “Pernah terjadi pembakaran di Rohil juga,” ujarnya.

Nelayan Dapat Bantuan Armada Boat

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir juga menyalurkan bantuan Armada Boat berkapasitas 1 Gross Tonnage (GT) dan 3 GT kepada nelayan pesisir Rohil. Bantuan kapal untuk nelayan itu bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2016. Bantuan Armada berupa boat yang dilengkapi alat pendeteksi ikan (Fish Finder) ini diberikan agar nelayan dalam melaut bisa berlayar lebih jauh ketengah.

Untuk Nelayan pesisir seperti nelayan Bagansiapiapi, Panipahan, dan Sinaboi tahun 2016 lalu selain diberikan bantuan alat tangkap perikanan juga diberikan bantuan Armada Boat sebanyak 40 unit berkapasitas 3 GT sebanyak 20 unit dan 1 GT sebanyak 20 unit.

Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir juga terus berupaya meningkatkan sektor perikanan dengan melakukan pegembangan bibit ikan air tawar.

“Untuk pengembangan ikan air tawar kami sudah membuat tempat pembenihan ikan di daerah Ujung Tanjung. Tahun kemarin saja kami sudah berhasil menbenihkan ikan air tawar sekitar 200 ribu ekor benih dari jenis ikan selais, baung, lele serta ikan nila. Ikan hasil pembenihan tersebut kami sebar keseluruh daerah Rohil dalam bentuk bantuan bagi peternak ikan kerambah maupun kolam,” kata Amin.

Bantuan Kelompok Budidaya Kerang dan Kepiting

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Riau bersama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Rohil melakukan sosialisasi program pemantapan pelaksanaan kegiatan budidaya kerang dan kepiting sekaligus pemantapan calon penerima bantuan bibit kerang dan kepiting yang bersumber dari dana APBD Provinsi Riau TA 2018 ini. Hal ini dilakukan agar calon penerima bantuan benar-benar tepat sasaran.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Rohil, M Amin SPi MSi mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan DKP Provinsi Riau sementara Dinas Perikanan Rohil dalam hal ini hanya membantu mendata dan mengevaluasi calon penerima bantuan tersebut.

“Tentunya kita akan ikut membantu DKP Provinsi untuk mengevaluasi, apakah calon penerima bantuan itu dia benar pembudidaya atau bukan, dan kita cek juga bagaimana kondisi ekonominya, sampai kondisi bangunan rumahnya juga akan kita lihat nanti,” kata M Amin.

Dikatakan, ada 12 kelompok budidaya kerang dan 2 kelompok budidaya kepiting yang telah memasukkan proposal ke DKP Provinsi Riau. Untuk itu, DKP Riau dan TP4D Kejati Riau dibantu oleh Dinas Perikanan Rohil akan melakukan evaluasi terhadap calon penerima siapa yang lebih layak untuk menerima bantuan tersebut. (Advertorial)

Print Friendly, PDF & Email

Related News