Potret24.com – PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) selaku pemegang jaringan ritel Alfamart mencatat penurunan kinerja sepanjang 2017. Laba yang berhasil dicatat AMRT pada tahun lalu turun hingga 50 persen bila dibandingkan laba 2016.

CEO Sumber Alfaria Trijaya Tbk Hans Prawira mengatakan, penurunan kinerja hingga 50 persen tersebut terjadi karena industri ritel tidak berjalan dengan baik dan tak hanya terjadi pada Alfamart.

“Tahun lalu memang secara industri relatif cukup berat dan saya rasa bukan cuman kita saja yang mengalami. Ini hampir semua pelaku ritel yang mengalami karena ekspektasi kenaikan kita trus terang tidak tercapai dan sementara biaya kan naiknya jelas,” ungkap Hans kepada awak media di Jakarta, Senin (2/4/2018).

Hans menambahkan, komponen paling besar yang membuat penurunan kinerja mencapai 50 persen berasal dari biaya personel. Hal ini sebut dia, tidak bisa dihentikan begitu saja mengingat kenaikan upah pekerja tiap tahunnya selalu terjadi.

“Personel kita enggak bisa rem karena udah pasti UMK naik tiap tahun, itu hampir 50 persen dari biaya kita, yang lain rental dan utility itu kan udah fixed sifatnya. Jadi ekspektasi kenaikan sales kita tahun lalu memang tidak tercapai dan itu menyebabkan profit kita turun sangat signifikan dari Rp 600 miliar ke Rp 300 miliar,” ucap Hans.

Berdasarkan laporan keuangan keuangan perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), AMRT hanya mencatat laba sebesar Rp 300,27 miliar sepanjang 2017 silam.

Penurunan labanya pun cukup signifikan mengingat pada 2016 perusahaan mencatat laba hingga Rp 601,58 miliar.

Kendati demikian, perusahaan mencatat kenaikan pendapatan atas penjualan atau omzet pada 2017 sebesar Rp 61,4 triliun setelah pada 2016 hanya meraup Rp 56,1 triliun.

Peningkatan omzet tersebut sayangnya tidak diimbangi dengan penurunan beban pokok penjualan. Komponen itu justru naik menjadi Rp 49,6 triliun pada 2017 setelah pada 2016 hanya Ro 45,23 triliun.

Kemudian peningkatan juga terjadi pada beban utang jangka pendek yang pada 2016 sebesar Rp 11,42 triliun menjadi Rp 13,05 triliun pada 2017.

Print Friendly, PDF & Email