Potret24.com- Tak hanya Festival Bakar Tongkang, Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir tengah gencar mengembangkan potensi wisata lainnya yang ada di wilayahnya, baik wisata alam ataupun wisata sejarah. Salah satunya adalah Pulau Jemur.
Bupati Rokan Hilir, H Suyatno mengatakan saat ini pemerintah tengah gencar mempromosikan wisata alam Pulau Jemur ke dunia internasional.
Menurut Suyatno Pulau Jemur punya keunikan tersendiri, karena di sana merupakan tempat tinggal dari penyu hijau, yang masuk dalam kategori langka.
“Di Pulau Jemur itu tiap tahun ada musim penyu bertelur. Pada bulan tertentu penyu-penyu ke daratan untuk bertelur. Penyunya pun berbeda, kalau di pulau jemur, penyunya warna hijau, penyu hijau,” kata Suyatno.
Ia menjelaskan saat ini Pemkab Rokan Hilir telah membuka jalur untuk kapal ferry agar wisatawan dapat dengan mudah mengakses ke Pulau Jemur. Dia optimis Pulau Jemur dapat menarik perhatian wisatawan karena menawarkan keindahan dan penyu hijaunya. Apa lagi Pulau Jemur hanya berjarak 63 kilometer dari pelabuhan Kla, pelabuhan utama milik Malaysia.
Obsesi Suyatno mengembangkan Pulau Jemur bukanlah tanpa alasan. Pulau Jemur yang mereka angkat sebagai destinasi wisata unggulan mempunyai banyak kedasyatan tidak dimiliki objek wisata serupa manapun.
Diantaranya, pulau ini berseberangan langsung dengan Selat Malaka. Secara tidak langsung menandakan pulau ini berbatasan langsung dengan wilayah tetangga Indonesia, seperti Malaysia dan Singapura. Sehingga bisa dipastikan pulau ini menjadi rebutan dari negara lain.
“Target kita pengembangan Pulau Jemur. Kenapa saya sampaikan demikian, karena Pulau Jemur itu merupakan kawasan langsung berbatasan dengan Selat Malaka,” kata Suyatno.
Ia menjelaskan, pulau ini merupakan pulau terluar lama-lama bisa berbahaya. Sebelumnya, Malaysia sudah mengklaim Pulau Jemur ini. Rupanya pulau jemur juga ada di Malaysia, bukan dianggap seperti Pulau Jemur yang ada di Rokan Hilir, Riau,” jelasnya.
Pulau ini, tuturnya, merupakan wilayah di Indonesia yang dijadikan ribuan hewan dilindungi seperti penyu untuk menetaskan telur-telurnya.
“Di sini ada penyu dan bermacam-macam jenis ikan. Kalau dikembangkan, Rohil ini akan hebat. Pulau Jemur ini merupakan aset kita bersama,” tuturnya.
Untuk memenuhi hasratnya itu, Rohil tidak mampu mengembangkan destinasi wisata dengan maksimal secara sendirian. Mereka membutuhkan para investor siap membantu menggelontorkan dana menunjang segala sesuatunya.
“Makanya, Pulau Jemur ini harus dikeroyok. Peluang investasi di sini sungguh luar biasa. Kalau kemampuan kita saat ini rasanya tak akan mampu mengembangkannya. Kita memberi ruang sebesar-besarnya pada pihak ketiga,”tandasnya.
Sarana dan prasarana yang paling penting itu, jelasnya, seperti dermaga pelabuhan, kemudian tower telekomunikasi. Karena kalau sudah sampai ke sana komunikasi pasti sudah terputus.
Pulau Terbesar
Pulau Jemur (luas 250 ha) adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Pulau Jemur yang secara teritorial merupakan bagian dari Kecamatan Pasir Limau Kapas tersebut merupakan pulau terbesar dari gususan Kepulauan Arwah. Kawasan ini berada di antara Pulau Tokong Emas, Tokong Simbang dan Labuhan Bilik.
Letaknya sekitar 72,4 km dari Bagansiapiapi dan 64,3 km dari Pelabuhan Klang di Malaysia. Pulau ini merupakan pulau terluas dari Kepulauan Arwah, gugusan sembilan pulau, di antaranya Pulau Jemur, Tokong Emas, Tokong Simbang dan Labuhan Bilik.
Pulau Jemur memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah. Selain itu Pulau Jemur ini amat kaya dengan hasil lautnya. Di samping itu Pulau Jemur dihuni oleh Spesies Penyu, dimana pada musim tertentu penyu-penyu itu naik ke pantai untuk bertelur satwa langka ini dapat bertelur sebanyak 100 sampai 150 butir setiap ekornya.
Selain itu Pulau Jemur juga terdapat beberapa potensi wisata lain diantaranya adalah Goa Jepang, Menara Suar, bekas tapak kaki manusia, perigi tulang, sisa-sisa pertahanan Jepang, batu Panglima Layar, Taman Laut, dan pantai berpasir kuning emas.
Bila dilihat dari potensi, letak dan posisi Pulau Jemur sangat cocok di kembangkan menjadi kawasan resort, dimana berbagai kegiatan wisata sangat banyak untuk dapat dikembangkan di Pulau Jemur ini, diantaranya, berselancar, menyelam, dayung dan sebagainya.
Pulau Jemur berada 72,2 kilometer dari Kota Bagan Siapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Wilayah ini juga berjarak 64,3 kilometer dari Pelabuhan Klang, Malaysia yang membuatnya seakan mutiara terpendam di tengah lautan Selat Malaka. Nama Pulau Jemur mulai terdengar setelah kepemilikan wilayah seluas 250 hektare tersebut santer diperdebatkan oleh Indonesia dan Malaysia. Kini, Pulau Jemur resmi menjadi bagian dari NKRI.
Terlepas dari konflik internasional tersebut, keindahan alam Pulau Jemur patut menjadi perhatian semua orang, pemerintah, masyarakat hingga para pelancong domestik dan juga mancanegara. Betapa tidak, aneka keunikan alam disuguhkan Tuhan di gugusan pulau ini.
Nama Pulau Jemur juga lekat dengan istilah ‘Pak-ku’ yang dalam bahasa Hokkian berarti penyu dari utara. Istilah ‘Pak-ku’ hingga kini masih sering digunakan oleh para nelayan pesisir Riau.
Di kawasan ini pernah dicanangkan penangkaran penyu hijau. Namun belakangan diketahui program tersebut terhenti. Untungnya, wisatawan tetap bisa menyaksikan satwa unik ini meski harus memilih waktu yang tepat, terutama di malam hari. Hanya saja Anda tak akan menemukan keramaian di sini.
Pulau Jemur bukanlah kawasan yang ditinggali manusia. Hanya terdapat satu pos TNI Angkatan Laut dan puluhan personil yang sibuk memantau dan mengatur navigasi, selebihnya keindahan alam, nuansa tenang dan aliran angin laut yang menari-nari.
Gejolak laut (gelombang) di Pulau Jemur memang tak seganas di Selat Malaka. Dengan gugusan pulau berbentuk lingkaran, sisi pantai Pulau Jemur sangat tenang bahkan saat badai menerjang wilayah itu. Hal ini juga kiranya yang membuat aktivitas berselancar tak direkomendasikan di lokasi ini.
Bagi Pemkab Rohil, potensi laut yang besar di Pulau Jemur telah menyumbang banyak pemasukan, terutama di sektor perikanan. Di sisi lain potensi wisata yang sangat besar siap menjadikan Pulau Jemur sebagai destinasi unggulan di Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau.
Menuju ke pulau Jemur, tidak harus merogoh kantong terlalu dalam. Untuk ongkos pulang dan pergi naik kapal ferry di Pelabuhan Bagansiapiapi menuju ke pulau seluas 3,5 Hektar itu, cukup dengan membayar tiket sebesar Rp260 ribu.
Di Pulau Jemur, dermaga tempat berlabuh adalah ponton dengan kubus apung. Selain praktis, juga ramah lingkungan.
Personil TNI AL menjaga pulau serta batas teritorial agar tidak diklaim negara lain. Apalagi, jarak antara pulau Jemur dengan Malaysia hanya sejauh 30 mil laut. Lebih jauh dari jarak Bagansiapiapi dengan Pulau Jemur berkisar 60 Mil laut. Jika sedang berada di pulau ini, hati hati dengan ular merah. Di sini juga banyak terdapat biawak liar.
Di Pulau Jemur ada beberapa situs yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini. Di antaranya rumah peninggalan Belanda, situs telapak kaki kiri Panglima Layar, makam tidak bernama, batu petir, dan gua peninggalan panglima layar.
Lebih menyeramkan adalah situs peninggalan perigi tulang. Menurut cerita, perigi atau sumur tersebut dijadikan tempat pembuangan mayat tentara Jepang yang ditanam dalam satu lobang. Hingga saat ini, orang yang datang ke situ hanya dapat menjumpai tulang tulang dalam lobang.
Di pulau ini, kita juga bisa menemukan bekas tapak meriam tentara Jepang. Kita tidak lagi menemukan meriam karena sudah dipotong menjadi beberapa bagian.
Dekat tapak meriam, terdapat lorong seperti gua tempat amunisi. Walaupun di lorong itu tumbuh pepohonan besar, namun daunnya tidak pernah masuk kedalam lorong sehingga tampak bersih. Didekat lorong terdapat sumur yang sudah berusia ratusan tahun. Uniknya, air dalam sumur tersebut tetap sebanyak itu walaupun didera kemarau panjang maupun hujan lebat. Yang lebih aneh lagi, dinding sumur seukuran meja bulat tersebut tidak pernah runtuh karena erosi.
Di atas tanah Pulau Jemur, terdapat tanaman yang tumbuh subur seperti pohon mangga, ketapang dan pohon kelapa. Padahal ditahun 1980 an, pulau jemur pernah dijadikan daerah tertutup untuk menghindari tempat bermukimnya para penyamun. Seluruh tanaman diratakan dengan tujuan agar tidak ada lagi tempat persembunyian.
Bagi pecinta kehidupan bawah laut dan pendamba keheningan nampaknya wajib datang ke Pulau ini. Pulau Jemur adalah tempat favorite bagi pemburu pantai pasir yang warnanya agak kemerah merahan. Bagi yang ingin kabur dari penatnya rutinitas pekerjaan, di sini juga bisa melihat kehidupan bawah laut dengan bersnorkling maupun diving.
Bagi pengunjung yang ingin mendirikan tenda bisa di pinggir pantai. Apalagi, akhir tahun ini, ada pesta bakar ikan di Pulau Jemur. Di pulau ini juga sudah tersedia penginapan yang dibangun pemerintah sebanyak 11 unit rumah yang bisa dihuni 5 sampai 10 orang. Pemerintah sengaja tidak menarik biaya menginap asalkan membayar uang kebersihan sebesar Rp100 ribu.
Pulau Jemur belum terlalu banyak dikunjungi wisatawan jadi suasananya masih terjaga dan perawan. Suasana alami benar-benar terasa di pulau ini. Selain menikmati keindahan panorama bawah laut, duduk-duduk manis di gedung Mess Pemda bergaya Vintage, juga bisa kamu gunakan untuk bermalam. Jika siang, pemandangan gedung yang dibangun diatas bukit tersebut seakan menantang langit luas.
Rimbunan pohon ketapang dipinggir pantai memayungi setiap pengunjung yang kepanasan. Kalau beruntung bisa mengintip penyu hijau bertelur di tengah malam.
Penyu Dijadikan Wisata Pendidikan
Salah satu daya tarik Pulau Jemur adalah menyaksikan momentum penyu bertelur. Oleh karena itu, paket wisata tersebut akan dikembangkan sebagai atraksi wisata pendidikan lingkungan hidup.
Di Pulau Jemur, sejumlah penyu hampir setiap malam naik ke pantai untuk bertelur. Pantai berpasir kuning di pulau itu menjadi tempat ideal bagi penyu untuk meletakkan telurnya sebelum kembali ke laut. Sejauh ini, aspek kelestarian habitat bertelurnya penyu-penyu tersebut lumayan cukup terjaga dari tangan jahil karena keberadaan pos TNI AL.
Namun, Pemkab Rohil tetap melakukan kegiatan penangkaran untuk meningkatkan populasi hewan reptil laut berkerapas keras itu. Telur penyu yang berhasil menetas akan diletakkan dalam wadah khusus untuk ditangkarkan.
Setelah umurnya menginjak 4-6 bulan, tukik (anak-anak penyu) hasil penangkaran tersebut dilepaskan ke laut. Memang diperlukan waktu penangkaran yang sangat lama agar penyu mampu bertahan di lautan dengan bermacam predator yang mengancam.
Meski dapat bertelur dengan jumlah banyak, populasi penyu tidak bertambah banyak. Selain karena ancaman predator dan perburuan, penyu mendapat ancaman dari penyu itu sendiri.
Menurut Anda Suriyadi, petugas penangkaran penyu di Pulau Jemur, ketika berada di penangkaran, tukik memang sering memakan temannya sendiri yang
umurnya lebih kecil sehingga harus dipisahkan.
Tukik harus diberi makan pagi dan sore dengan ikan laut secara rutin. Jika lalai, tukik dapat saling bunuh. Oleh karena itu, petugas tidak boleh malas dalam memberi makan agar penyu di Pulau Jemur semakin lestari dan menjadi modal daya tarik wisata. (advertorial)