Dua Kali Dibangun, Jembatan di Inhil Selalu Rusak

TEMBILAHAN – Kondisi jembatan penghubungan antar parit di Desa Seberang Sanglar benar – benar menjadi momok tersendiri bagi masyarakat setempat yang melintasinya. Suka tidak suka tetap harus dilewati karena menjadi akses satu–satunya dalam mendukung aktifitas sehari–hari.
Para siswa-siswi yang hendak menuju ke sekolah pun harus melewati jembatan kayu yang sudah terlihat miring dan terancam ambruk ini. Jembatan yang terletak di Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau ini juga sudah banyak menelan korban warga yang melintas.
Meski diketahui bahwa jembatan ini sebelumnya sudah pernah dibangun sebanyak dua kali, tapi tetap tidak bisa bertahan lama.
Pada pembangunan pertama dengan permanen tapi kemudian roboh dan selanjutnya dibangun dengan bahan kayu, namun tidak bertahan lama, hingga saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan.
“Jembatan yang kita gunakan sekarang ini sudah ekstrim dan mengancam keselamatan penggunaannya karena sudah banyak yang melintasi di atasnya terjatuh, jadi kita mohon agar dibangunkan yang baru,” ujar seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Jika pengajuan pembangunan jembatan ini disetujui, dirinya berharap pembangunan jembatan di lakukan di lokasi baru yang lebih aman dan strategis, dimana jaraknya berkisar 1.5 kilometer dari lokasi yang ada sekarang.
“Kami berharap dibangun di lokasi darat yang kira-kira arusnya tidak kuat. Kalau diperkirakan (lokasi baru) dari titik jembatan yang ada saat ini, sekitar satu setengah kilometer, dan akses ke sana juga tidak susah,” imbuhnya.
Warga pun berharap kondisi jembatan ini menjadi perhatian pemerintah dengan segera membangun jembatan baru yang bisa di akses dengan aman dan nyaman serta tidak berbahaya seperti saat ini.
“Kami mengusulkan ditempat yang baru untuk pembangunan selanjutnya, karena tidak sepanjang dengan jembatan yang sudah rusak saat ini, sehingga tidak memakan biaya terlalu besar,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Desa Seberang Sanglar, Kamaruddin mengakui jika pemerintah desa tidak sanggup untuk memperbaiki jembatan itu menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes).
Apalagi jembatan itu sudah 2 kali dibangun dan masih ada parit di desa tersebut yang belum tersentuh atau di normalisasi sama sekali.
“Dana kita tidak mampu, karena itu lebar ukurannya 50 – 60 lebarnya. Kita takutnya timbul kecemburuan di masyarakat, berapa kali saya ajukan sudah, dana di kabupaten sama-sama kita pahamlah,” ungkapnya kepada awak media, Kamis (14/9).
Lebih lanjut Kamaruddin menjelaskan, kondisi jembatan penghubung yang rusak saat ini tersebut sudah masuk empat bulan. Sebelumnya jembatan itu sudah 2 kali dilakukan perbaikan, pada tahun 2018 dan 2021.
“Jembatan itu sudah dua kali dibangun yang di bantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Inhil dengan uang swadaya masyarakat,” bebernya lansir tribunpekanbaru.
Melihat kondisi saat ini, Kamaruddin pun sangat setuju jika lokasi jembatan penghubung ini dialihkan ke tempat yang lain yang lebih aman dan kondusif.
Karena menurutnya, penyebab utama yang membuat bangunan tidak bisa bertahan lama karena di lokasi saat ini dialiri arus air sangat kencang, sehingga jembatan yang sudah dibangun ini gampang rusak akibat terjangan arus air.
“Memang kami mau pindahkan, karena di situ arusnya kencang. Tetapi seorang warga tidak setuju dipindahkan, alasannya karena apabila dipindahkan, nanti tidak ada lagi orang yang lewat depan rumahnya,” pungkas Kamaruddin. (p24).