JambiPotret Nasional

Menagih Nyali Lingkungan di Bumi Serentak Bak Regam: DLH Batang Hari dan Tantangan Menjaga Nadi Peradaban

292
×

Menagih Nyali Lingkungan di Bumi Serentak Bak Regam: DLH Batang Hari dan Tantangan Menjaga Nadi Peradaban

Sebarkan artikel ini
Menagih Nyali Lingkungan di Bumi Serentak Bak Regam: DLH Batang Hari dan Tantangan Menjaga Nadi Peradaban

BAJUBANG – Kabupaten Batang Hari bukan sekadar wilayah administratif di peta Provinsi Jambi. Ia adalah penyangga identitas, dinamai dari sungai legendaris yang membelah nadi Sumatera. Dengan semboyan “Bumi Serentak Bak Regam”, kabupaten ini sedang berpacu dalam pembangunan di bawah visi “Batang Hari Tangguh”. Pembangunan infrastruktur fisik terlihat menggeliat, wajah Kota Muara Bulian dipercantik, dan pedestrian ditata rapi. Namun, di balik deru pembangunan dan ambisi mengejar kemajuan ekonomi, terdapat satu variabel sunyi yang seringkali menjadi korban pertama: lingkungan hidup.

Pertanyaan mendasar yang perlu kita ajukan hari ini adalah: Apakah ketangguhan ekonomi dan infrastruktur Batang Hari berjalan beriringan dengan ketangguhan ekologisnya? Di sinilah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Batang Hari berdiri di garis depan, bukan sebagai pelengkap penderita, melainkan sebagai benteng terakhir yang menjaga agar pembangunan tidak memangsa alam.

Sungai Batang Hari: Nadi yang Terluka

Tidak mungkin membicarakan lingkungan Batang Hari tanpa menatap wajah Sungai Batang Hari itu sendiri. Sungai ini adalah ibu kandung peradaban masyarakat Jambi. Namun, realitas hari ini sungguh memprihatinkan. Kekeruhan air yang ekstrem akibat aktivitas di hulu, termasuk dampak dari Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) dan sedimentasi, diperparah dengan perilaku domestik masyarakat yang masih menjadikan sungai sebagai tong sampah raksasa.

DLH Batang Hari memang tidak memiliki kewenangan penuh dalam penindakan hukum tambang ilegal (yang merupakan ranah aparat penegak hukum dan pemerintah provinsi/pusat), namun DLH memegang kendali atas data kualitas air dan edukasi masyarakat. Kita menanti peran DLH yang lebih agresif dalam memitigasi dampak ini. Program pemulihan kualitas air sungai tidak bisa hanya sebatas pengambilan sampel rutin laboratorium. Harus ada aksi nyata pemulihan sempadan sungai dan penegakan sanksi tegas bagi perusahaan atau pelaku usaha di sepanjang bantaran yang membuang limbah tanpa pengolahan.

Kita mengapresiasi upaya pemerintah daerah yang mulai menata waterfront atau tepian sungai sebagai ruang publik. Namun, estetika fisik tidak boleh menutupi borok kualitas air. DLH harus menjadi “alarm” yang berisik ketika parameter lingkungan sungai menunjukkan bahaya, bukan sekadar pembuat laporan di atas meja.

Dilema Sampah dan Ambisi Adipura

Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat upaya keras Pemkab Batang Hari untuk meraih dan mempertahankan supremasi di bidang kebersihan kota, termasuk target Adipura. Armada kebersihan bekerja keras, dan wajah Muara Bulian memang terlihat lebih bersih. Namun, redaksi Potret24.com mengingatkan bahwa Adipura hanyalah sebuah plakat penghargaan. Esensi dari kota bersih adalah sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Tantangan DLH Batang Hari saat ini adalah kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan manajemen sampah dari sumbernya. Jika pola pikirnya masih “Kumpul-Angkut-Buang”, maka seluas apapun lahan TPA yang disediakan, tidak akan pernah cukup menampung produksi sampah masyarakat Batang Hari yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi.

Di sinilah kolaborasi dengan masyarakat menjadi harga mati. Program Bank Sampah dan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) tidak boleh mati suri. DLH perlu merevitalisasi peran komunitas. Desa-desa dan kelurahan harus didorong memiliki pengelolaan sampah mandiri. Anggaran desa semestinya bisa disinergikan untuk pengelolaan lingkungan, sehingga beban tidak menumpuk di armada kabupaten yang terbatas.

Polusi Udara dan Debu “Emas Hitam”

Isu spesifik yang tak kalah pelik di Batang Hari adalah polusi udara akibat debu batubara. Sebagai wilayah yang dilintasi jalur distribusi “emas hitam”, masyarakat Batang Hari, khususnya yang bermukim di pinggir jalan nasional, dipaksa menghirup debu setiap hari. Tanaman menghitam, lantai rumah berdebu, dan ancaman ISPA mengintai anak-anak.

Di sini, nyali DLH diuji. DLH Batang Hari harus berani tampil transparan dengan data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Masyarakat berhak tahu kualitas udara yang mereka hirup. DLH juga harus menjadi instansi yang paling rewel menagih komitmen lingkungan perusahaan tambang dan transportir. Penyiraman jalan dan penutupan terpal truk hanyalah solusi jangka pendek. Penegakan aturan lingkungan harus tegas. Jangan sampai investasi masuk, namun masyarakat lokal membayar mahal dengan kesehatan paru-paru mereka.

Membangun Pasukan Sadar Lingkungan

Lingkungan hidup bukan urusan dinas semata. Mustahil bagi petugas kebersihan DLH untuk mengawasi setiap jengkal parit dan sungai di seluruh kecamatan di Batang Hari. Oleh karena itu, strategi DLH harus bergeser dari “Pelayanan Kebersihan” menjadi “Pemberdayaan Masyarakat”.

Kita merindukan program-program DLH yang menyentuh sekolah-sekolah dengan lebih masif melalui program Adiwiyata yang substansial, bukan formalitas. Generasi muda Batang Hari harus dicetak menjadi generasi yang jijik melihat sampah berserakan.

Selain itu, sinergi dengan Lembaga Adat dan tokoh agama perlu diperkuat. Batang Hari memiliki akar budaya Melayu Jambi yang kuat dengan filosofi “Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah”. Kebersihan adalah sebagian dari iman, dan menjaga alam adalah amanah adat. Narasi-narasi ini harus dikapitalisasi oleh DLH untuk menyentuh kesadaran batin masyarakat.

Penutup: Menuju Batang Hari yang Benar-Benar Tangguh

Visi “Batang Hari Tangguh” yang diusung Bupati Fadhil Arief sangatlah mulia. Namun, ketangguhan sejati diuji saat alam memberikan responsnya. Banjir yang kerap melanda beberapa wilayah adalah sinyal bahwa daya dukung lingkungan kita sedang melemah.

DLH Batang Hari memikul beban berat di pundaknya. Mereka harus menjadi dinas yang progresif, inovatif, dan kolaboratif. Redaksi Potret24.com mendukung penuh setiap langkah DLH dalam menertibkan pelanggar lingkungan, memperluas Ruang Terbuka Hijau, dan mengelola sampah. Namun, kami juga akan terus mengkritisi jika DLH lalai atau lembek dalam menghadapi korporasi perusak lingkungan.

Mari jadikan Kabupaten Batang Hari tidak hanya maju secara fisik dengan jalanan yang mulus dan gedung yang megah, tetapi juga maju secara peradaban dengan sungai yang jernih, udara yang bersih, dan masyarakat yang sadar lingkungan. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci. Tanpa itu, kita hanya sedang mewariskan bom waktu ekologis kepada anak cucu kita di Bumi Serentak Bak Regam. (*editorial)

Catt:
Artikel ini adalah editorial dan himbauan. Pembaca diminta untuk memverifikasi keabsahan setiap informasi, termasuk tautan yang tersedia. Informasi lebih lanjut tentang Lingkungan Hidup di Kabupaten Batang Hari, silahkan kunjungi laman DLH Batang Hari (https://dlhbatanghari.org/struktur/), atau langsung ke Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Batang Hari di Jl. Pemuda, Rengas Condong, Kec. Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari, Jambi 36612, Indonesia.