MESTONG – Kabupaten Muaro Jambi memegang posisi yang sangat unik sekaligus berat dalam peta Provinsi Jambi. Ia adalah “cincin” yang melingkari ibu kota provinsi. Posisinya strategis sebagai jalur logistik utama, pusat pendidikan tinggi, lumbung sejarah peradaban, sekaligus kawasan industri yang sibuk. Namun, keragaman fungsi ini membawa beban lingkungan yang kompleks. Dari debu hitam batu bara di Talang Duku hingga tumpukan sampah mahasiswa di Mendalo, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muaro Jambi dituntut memiliki “seribu tangan” untuk membereskan semuanya.
Visi “Muaro Jambi Begerak Mantap” tidak akan sempurna jika gerak pembangunan ekonominya meninggalkan jejak kerusakan ekologis. DLH Muaro Jambi harus tampil lebih dari sekadar pemadam kebakaran masalah; mereka harus menjadi arsitek keberlanjutan.
Benang Kusut di Talang Duku dan Kemingking
Mari bicara jujur soal “gajah di pelupuk mata”: kawasan industri dan pelabuhan. Masyarakat di sekitar Talang Duku dan jalur distribusi batu bara sudah terlalu lama “makan debu”. Keluhan warga soal sesak napas dan rumah yang menghitam adalah lagu lama yang terus berulang.
Di sinilah taring DLH Muaro Jambi diuji. Pengawasan terhadap Amdal dan UKL-UPL perusahaan stockpile serta pelabuhan tidak boleh kendor. DLH harus berani melakukan audit lingkungan secara berkala dan mendadak. Apakah sprinkler penyiram debu berfungsi? Apakah limbah cair dari kolam pengendap (settling pond) yang dibuang ke Sungai Batanghari sudah memenuhi baku mutu?
DLH harus berani memberikan sanksi tegas, mulai dari paksaan pemerintah hingga pembekuan izin lingkungan bagi korporasi yang membandel. Jangan sampai investasi diagungkan, tapi kesehatan paru-paru warga Muaro Jambi digadaikan.
Menjaga Wajah Peradaban di Candi
Di sisi lain, Muaro Jambi sedang bersolek. Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi menempatkan kabupaten ini di panggung dunia. Ribuan wisatawan akan datang. Tantangannya: Sampah.
Situs sejarah yang agung akan kehilangan marwahnya jika dikepung sampah plastik. DLH Muaro Jambi harus merancang sistem pengelolaan sampah wisata yang terintegrasi di kawasan percandian. Tidak cukup hanya menaruh tong sampah. Perlu ada pasukan khusus kebersihan dan edukasi ketat bagi pengunjung serta pedagang. Candi Muaro Jambi harus menjadi zona zero waste atau minim sampah, yang mencerminkan keselarasan manusia dengan alam seperti ajaran luhur masa lalu.
Mendalo dan Bom Waktu Sampah Domestik
Bergeser ke Kecamatan Jambi Luar Kota (Jaluko), khususnya Mendalo. Sebagai kawasan penyangga yang padat dengan ribuan mahasiswa dan perumahan baru, produksi sampah di sini sangat masif. Tumpukan sampah liar di pinggir jalan sering menjadi pemandangan yang memalukan bagi kawasan intelektual.
DLH Muaro Jambi perlu memperluas jangkauan layanan armada angkutnya. Namun, mengangkut saja tidak cukup. DLH harus menggandeng kampus-kampus (UNJA dan UIN) untuk menjadi mitra strategis. Mahasiswa harus dilibatkan sebagai agen perubahan melalui Bank Sampah Kampus. Jika ribuan mahasiswa ini bergerak memilah sampah, beban TPA akan berkurang drastis. Ini adalah potensi kolaborasi yang belum digarap maksimal.
Siaga Asap di Lahan Gambut
Muaro Jambi juga memiliki “luka” lama: lahan gambut yang rentan terbakar, terutama di wilayah Kumpeh. Meskipun pemadaman adalah ranah satgas gabungan, peran DLH dalam pencegahan dan pemulihan ekosistem gambut sangat vital.
DLH harus memastikan perusahaan perkebunan di area gambut mematuhi aturan tinggi muka air tanah untuk menjaga kebasahan gambut. Sanksi bagi pembakar lahan, baik korporasi maupun perorangan, harus dikawal aspek hukum lingkungannya. Langit Muaro Jambi harus tetap biru, bukan abu-abu karena asap.
Redaksi Potret24.com menyadari bahwa DLH Muaro Jambi memiliki keterbatasan anggaran dan personel dibandingkan luasnya wilayah. Oleh karena itu, kata kuncinya adalah Sinergi.
DLH harus menjadi dirigen yang menyatukan CSR perusahaan untuk lingkungan, semangat mahasiswa untuk inovasi sampah, dan kearifan lokal masyarakat desa untuk menjaga sungai. Pemerintah Desa harus didorong mengalokasikan Dana Desa untuk pengelolaan sampah mandiri agar tidak semua beban lari ke kabupaten.
Muaro Jambi adalah wajah penyangga provinsi. Jika Muaro Jambi kotor, maka Jambi terlihat kusam. Jika Muaro Jambi bersih dan asri, maka ia akan menjadi cincin permata yang membanggakan. Kita menanti aksi-aksi berani dan taktis dari DLH Muaro Jambi untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, demi masa depan “Bumi Sailun Salimbai” yang lestari. (*editorial)
Catatan:
Artikel ini adalah editorial dan himbauan. Pembaca diminta untuk memverifikasi keabsahan setiap informasi, termasuk tautan yang tersedia. Informasi lebih lanjut tentang Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi, silahkan kunjungi laman DLH Muaro Jambi (https://dlhmuarojambi.org/struktur/) atau langsung ke Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi di Bukit Baling, Sekernan, Muaro Jambi Regency, Provinsi Jambi.






