PEKANBARU – Dari tepian Sungai Narosa, gemuruh Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing) bukan hanya adu kecepatan perahu, melainkan sebuah simfoni semangat yang menyatukan ribuan mata. Warisan budaya Provinsi Riau ini memiliki ciri khas unik: seorang bocah penari di ujung sampan, dikenal sebagai Anak Coki, yang aksinya kini mendunia sebagai “Aura Farming.”
Pacu Jalur adalah tradisi yang sarat nilai sejarah, di mana “jalur” berarti sampan atau perahu panjang. Setiap kayuhan hingga aksi anak jalur menggambarkan kisah kegigihan dan kekompakan yang tak lekang oleh zaman. Tim Putri Anggun Sibiran Tulang dari Banjar Padang, Kuansing, berhasil meraih juara satu pada Pacu Jalur 2024 lalu. Jelang Pacu Jalur yang akan dilaksanakan pada 20-24 Agustus mendatang, gerakan ‘Aura Farming’ yang menyerupai tarian tukang tari ini semakin populer di media sosial.
Popularitas tarian ini menjadi bukti pesona Pacu Jalur yang berhasil memikat perhatian hingga mancanegara. Berbagai video viral telah bermunculan, bahkan menunjukkan pemain PSG dan maskot AC Milan menirukan gerakan tersebut, menandakan daya tarik global dari tradisi lokal ini.
Bagi masyarakat Riau, tukang tari Pacu Jalur bukan sekadar pelengkap tim, melainkan simbol seni dan nyawa di ujung jalur yang memperindah perlombaan.
Gerakan Spontan Penanda Kemenangan
Raja Muhammad Deprian, Timbo Ruang dari tim Putri Anggun Sibiran Tulang, menjelaskan bahwa penari tersebut dikenal dengan panggilan Anak Coki. Umumnya, tukang tari Pacu Jalur adalah anak-anak. “Yang menari itu anak coki. Kalau kami dari tim Putri Anggun, anak cokinya berusia 9 tahun. Memang pada umumnya kebanyakan tukang tari itu adalah anak-anak,” katanya saat diwawancarai Tim Media Center Riau, Jumat (4/7/2025) malam.
Ia menambahkan, gerakan tarian Anak Coki ini menandakan tim berada dalam posisi menang. “Tariannya itu gerakan spontan. Kalau maknanya ketika dia menari dan berdiri selebrasi menandakan kemenangan. Sehingga membuat tim yang lelah ini jadi terhibur,” jelas Deprian.
Melihat viralnya “Aura Farming,” yang merupakan gerakan khas Anak Coki, Raja Deprian sangat merespons positif. Menurutnya, video yang beredar di media sosial ini memberikan promosi besar bagi event Pacu Jalur dan Kuansing. “Saya melihat gerakan ini viral hingga luar negeri ya luar biasa. Tentu kami berharap iven puncak bisa ramai yang datang ke Kuansing,” tuturnya.
Ripaldi, warga Kecamatan Kuantan Mudik Kuansing, menerangkan bahwa Pacu Jalur adalah semangat gotong royong dan rasa hormat pada leluhur yang diwariskan turun-temurun. Dengan adanya tren “Aura Farming,” ia percaya antusiasme penonton akan semakin ramai. “Setiap jalur dibuat penuh doa dan harapan agar bukan hanya cepat, tapi juga membawa berkah. Munculnya trend viral ‘Aura Farming’ bisa menambah antusias penonton yang semakin ramai. Sehingga semua jalur dapat semangat dan menujukkan juga kreativitasnya,” ujarnya.
Simbol Kekuatan dan Daya Pikat Universal
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, menjelaskan bahwa Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung perahu panjang yang menjadi puncak acara kebudayaan tahunan di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Sebuah jalur bisa mencapai panjang 25-40 meter dan diawaki oleh 40 hingga 60 orang yang disebut ‘anak pacu’. “Pacu Jalur adalah simbol kekuatan, kekompakan, dan kebanggaan masyarakat Kuansing,” terangnya.
Roni mengungkapkan rasa bangganya melihat Pacu Jalur kini semakin mendunia setelah viral di berbagai media sosial. Menurutnya, hal tersebut menjadi bukti bahwa kearifan lokal Riau memiliki daya pikat yang bersifat universal dan sanggup bersaing di tingkat internasional.
“Fenomena ini juga menjadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri,” pungkasnya.