BengkalisPotret Riau

Pengukuhan Bathin Panaso Sakai di Pinggir, Simbol Pelestarian Budaya Masyarakat Adat

59
×

Pengukuhan Bathin Panaso Sakai di Pinggir, Simbol Pelestarian Budaya Masyarakat Adat

Sebarkan artikel ini
Pengukuhan Bathin Panaso Sakai di Pinggir, Simbol Pelestarian Budaya Masyarakat Adat
Ahmad Bin Majid resmi dikukuhkan sebagai Bathin Panaso Sakai dalam sebuah upacara adat yang khusyuk di Gedung Serbaguna Hj. Nuryah Binti Sontel, Pinggir, pada Kamis (17/7/2025).F-Istimewa

PINGGIR – Ahmad Bin Majid resmi dikukuhkan sebagai Bathin Panaso Sakai dalam sebuah upacara adat yang khusyuk di Gedung Serbaguna Hj. Nuryah Binti Sontel, Pinggir, pada Kamis (17/7/2025). Acara penting ini dihadiri oleh Bupati Bengkalis yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkalis, H. Toharuddin.

Pengukuhan Bathin ini bukan sekadar seremonial adat, melainkan simbol pengakuan terhadap martabat budaya masyarakat Sakai yang telah mengakar. H. Toharuddin menyampaikan harapan besar dari Bupati Bengkalis agar Bathin mampu menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai adat.

“Peran Bathin sangatlah strategis, terutama dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai adat. Kami berharap Bathin harus mampu menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, menjaga warisan budaya sambil membuka diri terhadap perubahan,” harap Toharuddin.

Bupati Bengkalis juga menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan tidak ada satupun anak negeri, termasuk masyarakat adat Sakai, yang tertinggal. Kehadiran Bathin di tengah masyarakat diharapkan dapat mencerminkan sosok pemimpin adat yang bijaksana, serta mampu menjadi tempat bertanya dan menenangkan persoalan yang timbul di masyarakat.

“Kami terus berupaya memperhatikan hak-hak masyarakat adat, baik di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur maupun pemberdayaan ekonomi. Kehadiran Bathin sangat kami harapkan untuk bersinergi bersama pemerintah dalam membangun daerah ini agar lebih bermarwah, maju, dan sejahtera,” ucapnya.

Lebih lanjut, Toharuddin memaparkan bahwa adat resam dan tradisi Sakai adalah warisan luhur yang memiliki peran penting sebagai landasan spiritual dan sosial. Oleh karena itu, keberadaan dan pelestarian adat harus terus dijaga agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman.

“Adat bukanlah beban masa lalu, melainkan warisan kearifan yang mampu menjadi penuntun langkah kita ke masa depan. Jika nilai-nilai dan tunjuk ajar adat Sakai dapat dijalankan dengan baik, maka akan tumbuh masyarakat yang berakhlak mulia, saling menghormati, dan hidup dalam harmoni,” pungkasnya.