PekanbaruPotret Riau

Kisah Haru Gubernur Abdul Wahid: Dari Anak Kampung Hingga Jadi Datuk Seri Setia Amanah di LAMR

170
×

Kisah Haru Gubernur Abdul Wahid: Dari Anak Kampung Hingga Jadi Datuk Seri Setia Amanah di LAMR

Sebarkan artikel ini
Kisah Haru Gubernur Abdul Wahid: Dari Anak Kampung Hingga Jadi Datuk Seri Setia Amanah di LAMR
Gubernur Riau Abdul Wahid resmi dianugerahi gelar adat Datuk Seri Setia Amanah oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.F-Istimewa

PEKANBARU – Suasana khidmat dan penuh makna menyelimuti Balai Adat Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau pada Sabtu (5/7/2025), saat Gubernur Riau Abdul Wahid resmi dianugerahi gelar adat Datuk Seri Setia Amanah. Upacara adat ini tidak hanya menjadi penanda pengakuan, tetapi juga panggung untuk mengisahkan perjalanan hidup sang Gubernur yang penuh perjuangan.

Dalam sesi khusus yang menyentuh hati, sahabat lama sekaligus kolega Abdul Wahid di DPRD Provinsi Riau, Zulkarnain, membacakan riwayat hidupnya. Dengan haru, Zulkarnain menyampaikan bahwa Abdul Wahid bukanlah pewaris, melainkan seorang perintis yang menempuh jalan panjang dari desa terpencil hingga menjadi pemimpin tertinggi di Provinsi Riau.

Perjalanan dari Sungai Simbar ke Balai Adat
Abdul Wahid lahir pada 21 November 1980 di Dusun Anak Pria, Kampung Belaras, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir. Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara, buah hati pasangan almarhum Rusman dan almarhumah Hajjah Asura.

Ketika masih bayi, Wahid dan keluarganya hijrah ke Kampung Sungai Simbar, Kecamatan Kateman—wilayah pesisir yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Kehidupan di kampung itu penuh tantangan. Saat ayahnya wafat ketika Wahid berusia 10 tahun, ia harus membantu ibunya mengelola kebun kelapa untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Meskipun hidup dalam keterbatasan, semangat Wahid untuk menempuh pendidikan tak pernah padam. Ia menyelesaikan SD dan MTs di kampungnya, lalu menimba ilmu agama di Pondok Pesantren Ashabul Yamin di Sumatera Barat. Atas dorongan sang ibu, ia melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Suska Riau dan berhasil meraih gelar Magister Ilmu Politik dari Universitas Riau pada tahun 2021.

Aktif di Organisasi, Tangguh di Politik
Kecintaannya pada pergerakan dan organisasi sudah tumbuh sejak muda. Wahid aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebelum kemudian bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia dipercaya sebagai Wakil Sekretaris DPW PKB Riau selama dua periode dan menjabat Ketua Dewan Syuro PKB Riau sejak tahun 2011.

Di luar partai, Wahid juga aktif sebagai Wakil Ketua PW Nahdlatul Ulama Riau, Pembina Persatuan Tarbiyah Islamiyah Riau, dan Ketua Umum PTMSI Provinsi Riau.

Perjalanan politik Wahid dimulai dari DPRD Provinsi Riau, tempat ia menjabat selama dua periode (2009–2019). Ia kemudian terpilih sebagai anggota DPR RI pada 2019 dan menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI.

Namun, pada 2024, ia memutuskan mundur dari DPR RI dan mencalonkan diri sebagai Gubernur Riau, berpasangan dengan SF Hariyanto. Keduanya memenangkan Pilkada, dan Abdul Wahid resmi dilantik sebagai Gubernur Riau oleh Presiden Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025.

Keluarga dan Prinsip Kehidupan
Dalam pembacaan riwayat tersebut, Zulkarnain menekankan bahwa kekuatan utama Abdul Wahid adalah keluarganya, terutama sosok istrinya, Henny Sasmita, yang senantiasa setia mendampingi dan mendoakan dalam setiap perjuangan.

“Kini, anak yatim dari kampung kecil Sungai Simbar telah menjadi pemimpin rakyat dan pembawa amanah adat. Ia bukan hanya milik rakyat Riau, tetapi juga kebanggaan Melayu,” ujar Zulkarnain.

Pembacaan riwayat hidup yang mengharukan ini disambut dengan empati oleh para tamu undangan, tokoh adat, dan masyarakat yang hadir. Momentum ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan yang besar selalu tumbuh dari akar perjuangan yang kuat.