Pemkab InhilAdvertorial

Tepuk Tepung Tawar untuk Bupati Inhil H. Herman dan Wabup Yuliantini

176
×

Tepuk Tepung Tawar untuk Bupati Inhil H. Herman dan Wabup Yuliantini

Sebarkan artikel ini

Simbol Awal Kepemimpinan yang Penuh Harapan

Bupati Inhil bersama wakil Bupati serta Gubernur Riau dan kepala daerah se-provinsi riau hadir mengenakan pakaian Melayu berwarna putih.
Bupati Inhil bersama wakil Bupati serta Gubernur Riau dan kepala daerah se-Provinsi Riau hadir mengenakan pakaian Melayu berwarna putih.

Simbol Awal Kepemimpinan yang Penuh Harapan

 

PEKANBARU – Tradisi sakral tepuk tepung tawar digelar oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau untuk menyambut para kepala daerah terpilih di Provinsi Riau. Salah satu sorotan utama dalam prosesi adat tersebut adalah kehadiran Bupati Indragiri Hilir (Inhil) H. Herman dan Wakil Bupati Yuliantini yang baru saja memulai masa jabatan mereka.

Acara yang berlangsung pada Sabtu, 1 Maret 2025, di Kantor LAM Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, itu menjadi momen simbolis penting dalam perjalanan kepemimpinan di Inhil. Didampingi para tokoh adat dan pejabat Forkopimda, keduanya menjalani prosesi adat Melayu yang sarat makna spiritual dan budaya.

Awali Amanah dengan Restu Adat

Bupati Inhil H. Herman dan Wakil Bupati Yuliantini tampil mengenakan pakaian adat Melayu berwarna putih, melambangkan niat suci dalam memimpin. Prosesi ini merupakan bentuk restu masyarakat adat kepada para pemimpin yang akan mengemban tanggung jawab besar di tengah masyarakat.

“Tepuk tepung tawar ini bukan sekadar seremoni. Ia adalah doa, harapan, dan pengingat bagi kami agar menjalankan amanah dengan niat yang bersih dan hati yang lapang,” ujar H. Herman usai prosesi.

Acara ini digelar tidak lama setelah keduanya kembali dari program retret kepemimpinan di Magelang—sebuah program pembekalan yang ditujukan untuk memperkuat nilai integritas dan pelayanan publik di kalangan kepala daerah.

Momentum Ramadan dan Kepemimpinan yang Membumi

Bagi Bupati H. Herman, momen pelaksanaan acara yang bertepatan dengan bulan suci Ramadan menjadi isyarat untuk menahan diri dari hawa nafsu kekuasaan dan menjaga amanah sebaik-baiknya.

“Kekuasaan sering kali dipenjara oleh nafsu. Oleh karena itu, kita harus selalu mengingatkan diri untuk menjaga integritas dalam membangun daerah, terkhusus Kabupaten Indragiri Hilir,” ungkapnya.

Wakil Bupati Yuliantini turut menyampaikan bahwa nilai-nilai adat seperti tepuk tepung tawar harus terus dijaga, bukan hanya sebagai tradisi, tetapi juga sebagai etika moral dalam menjalankan pemerintahan.

Antara Adat dan Pemerintahan

Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau, Taufik Ikram Jamil, dalam sambutannya menyatakan bahwa tepuk tepung tawar adalah bentuk penyatuan tiga unsur penting dalam kepemimpinan Melayu: adat, syariat, dan pemerintahan. Filosofi ini dikenal sebagai “tali berpilin tiga”.

Berbagai elemen prosesi—daun ati-ati, beras kunyit, dan dedaunan lain—bukan sekadar atribut, melainkan lambang kehati-hatian, kemakmuran, dan harapan baik. Seluruhnya ditujukan agar para pemimpin bersikap arif, waspada, dan berpihak pada kepentingan rakyat.

Harapan Baru untuk Inhil

Dengan selesainya prosesi adat, masyarakat Inhil kini menatap ke depan dengan penuh harapan. Kepemimpinan H. Herman dan Yuliantini diharapkan mampu membawa perubahan konkret bagi pelayanan publik, peningkatan kesejahteraan, serta pelestarian nilai-nilai budaya dan agama di daerah.

Tepuk tepung tawar bukan hanya permulaan simbolik, tapi juga pesan moral dari para datuk adat: bahwa jabatan bukan sekadar kekuasaan, melainkan amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat. (*adv)