MANILA – Pasukan pemerintah Filipina, yang ditugaskan mengawal tim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sedang mengunjungi wilayah selatan negara tersebut, diserang kelompok bersenjata. Penyerangan itu memicu baku tembak yang menewaskan sedikitnya dua tentara Filipina tewas dan melukai 12 orang lainnya.
Kelompok bersenjata itu, seperti dilansir AFP, Kamis (23/1/2025), diduga merupakan mantan pemberontak Muslim, Front Pembebasan Islam Moro (MILF), yang merajalela di wilayah selatan negara tersebut.
Penyergapan pada Rabu (22/1/2025) itu terjadi lebih dari 10 tahun setelah MILF menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Filipina, yang mengakhiri operasi bersenjata selama puluhan tahun yang awalnya bertujuan membentuk negara terpisah namun beralih menjadi pemerintahan Muslim yang independen di negara mayoritas Katolik tersebut.
Militer Filipina, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya “ditembak oleh kelompok bersenjata tak dikenal” di Pulau Basilan, yang memicu baku tembak yang menyebabkan dua tentara tewas dan 12 orang lainnya luka-luka.
Komandan unit militer tersebut, Brigadir Jenderal Alvin Luzon, mengatakan pada Kamis (23/1/2025) bahwa kelompok bersenjata dari MILF menyerang pasukan yang dikirimkan untuk “memberikan keamanan area” kepada tim PBB yang akan mengunjungi proyek pembangunan di area bekas markas MILF.
Seperti dilansir detikcom, perjanjian damai antara Manila dan MILF telah menghasilkan wilayah pemerintahan sendiri di Filipina bagian selatan, yang kini dipimpin Kepala Menteri Ahod Ebrahim, mantan pemimpin MILF. Namun proses pelucutan senjata ribuan petempur MILF, setelah operasi bersenjata yang menewaskan ribuan orang, masih belum selesai.
Dia mendesak semua pihak untuk “tetap tenang saat kami berupaya mengatasi insiden ini melalui jalur yang tepat”. Ditekankan juga oleh Ebrahim bahwa pemerintah regional “tetap teguh dalam komitmennya terhadap implementasi penuh” perjanjian damai tersebut.
Komandan Angkatan Darat Filipina, Letnan Jenderal Roy Galido, mengecam penyergapan tersebut dan mengatakan pasukannya “bekerja sama dengan unit pemerintah setempat dan lembaga penegak hukum untuk memastikan para pelaku tindakan berbahaya ini menghadapi konsekuensi penuh atas tindakan mereka”. (win)