PEKANBARU – Sempat terekspos ke publik bahwa dirinya maju di Pilwako Pekanbaru, namun akhirnya Dr Mardianto Manan MT memilih maju sebagai calon Bupati Kuantan Singingi (Kuansing) pada Pilkada serentak November 2024 mendatang. Hal ini ditandai dengan diambilnya formulir pendaftaran ke partai PAN, Demokrat dan partai lainya.
“Sebenarnya rencana awal dengan teman-teman wartawan kita ingin maju di Kota Pekanbaru. Tapi setelah itu terekspos ke publik, ternyata masuk ke Kuansing. Kalau orang kampung namanya menggamit (memanggil),” ujarnya, Jumat (17//2024).
Anggota komisi I DPRD Riau itu mengatakan, majunya dia di Kuansing karena desakan masyarakat yang meminta dirinya untuk maju mencalonkan diri di kampung halamannya.
“Bagusnya alangkah eloknya Pak Mardianto ini muncul menjadi pimpinan di Kuansing karena Kuansing kampung bapak,” ujar Mardianyo Manan menirukan permintaan masyarakat.
Sebagai anggota DPRD Riau dapil Inhu-Kuansing dirinya mengaku sudah banyak kegiatan yang digelontorkan melalui dana Pokir untuk mengembangkan kampung halamannya, lebih kurang hampir Rp15 miliar. Alhasil, ia pun didesak oleh masyarakat Kuansing agar dirinya maju untuk mencalonkan diri menjadi bupati atau wakil bupati, ujarnya.
“Jadi dengan pertimbangan itu nampaknya kiblat kita mungkin berarah pulang kampung istilahnya. Mungkin Kuansing kita coba untuk menawarkan diri nanti untuk mencalonkan sebagai bupati atau wakil bupati itu tergantung negosiasi,” ucap politisi PAN tersebut.
Ketika ditanya “perahu” untuk maju, dijawab Mardianto partai PAN, partai Demokrat dan partai lain menyusul.
“Saya sudah mengambil formulir dari Partai Amanat Nasional (PAN), partai saya sendiri, kemudian Partai Demokrat saya sudah. Yang lain belum, baru akan,” ujarnya.
Mantan akademisi asal Kuansing itu berharap, ke depan kalau ini jadi tentu bisa mengembangkan, menyebarluaskan pembangunan dan ilmu-ilmu di Kuansing.
“Yang menjadi keluhan itu sebenarnya saya melihat di kampung-kampung ataupun wilayah agraris, lebih banyak pertanian dalam arti luas. Apakah perkebunan pertanian, perikanan dan sebagainya,” ucap pengamat tata kota tersebut.
Menurutnya, 80% lebih kurang masyarakat bergerak di bidang agraris atau pertanian. Jadi yang sangat dikeluhkan adalah kebutuhan infrastruktur, prasarana dan sarana yang mendukung untuk produksi pertanian, jalan usaha tani, jalan irigasi dan sebagainya, pungkasnya. (fin)