NEW YORK – Citigroup akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 20 ribu pegawainya imbas rugi US$1,8 miliar atau sekitar Rp27,96 triliun (asumsi kurs Rp15.533 per dolar AS).
Bank raksasa asal AS itu harus memangkas sekitar 8 persen dari total karyawannya mulai 2024 hingga 2026. Saat ini, Citigroup punya sekitar 239 ribu pegawai.
“Kuartal keempat (2023) jelas mengecewakan. Kami tahu bahwa 2024 adalah tahun yang kritis,” ungkap CEO Citigroup Jane Fraser, dikutip dari Reuters, Sabtu (13/1/2024).
Kerugian yang dialami Citigroup disebabkan bengkaknya biaya hingga US$3,8 miliar yang terungkap dalam keterbukaan Bursa AS.
Biaya itu mencakup beban reorganisasi perusahaan, cadangan terkait devaluasi mata uang dan ketidakstabilan di Argentina dan Rusia, serta pembayaran US$1,7 miliar untuk mengisi kembali dana asuransi simpanan pemerintah.
Berdasarkan memo dari Fraser, sebagian besar penyederhanaan struktur perusahaan akan rampung pada kuartal I 2024. Ini diperkirakan menghilangkan 5.000 peran pekerja yang bersifat manajerial dengan penghematan US$1 miliar.
Sementara itu, Chief Financial Officer Citigroup Mark Mason menekankan PHK massal ini tidak akan berdampak pada perkiraan pertumbuhan pendapatan perusahaan.
“Setiap kali sebuah industri atau perusahaan melakukan pengurangan (PHK), hal ini akan berdampak buruk terhadap moral,” ucap Mason seperti dilansir cnnindonesia.
Secara total, bank pemberi kredit ini diperkirakan akan melaporkan biaya reorganisasi sebesar US$700 juta hingga US$1 miliar. Ini mencakup pesangon karyawan dan pengeluaran terkait lainnya. (win)