PEKANBARU – Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Indra Pomi Nasution, meminta Dinas Sosial (Dinsos) untuk melakukan pendataan gelandangan dan pengemis atau gepeng. Dinas tersebut harus memiliki data gepeng yang ada di Kota Pekanbaru.
Hal ini dikatakan Indra Pomi menanggapi kriminalitas yang dilakukan oleh badut jalanan beberapa waktu lalu. Badut yang berada di persimpangan jalan tersebut melakukan penyekapan dan pencabulan terhadap anak di bawah umur.
“Jadi, kita sudah bahas dengan Dinsos bahwa ada kejadian seperti kita lihat ada penyekapan anak di bawah umur. Kami sampaikan kepada Dinsos untuk antisipasi,” kata Indra Pomi Nasution, Minggu (14/5).
Menurutnya, jika dengan adanya pendataan bisa memudahkan menemukan identitas gepeng tersebut jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Oleh karena itu, Dinsos diminta untuk mempelajari dan mendata di mana dan siapa orang-orang yang memakai baju badut sering mangkal di lampu merah tersebut.
“Apakah ada orang yang mengendalikan di belakangnya atau seperti apa, jangan sampai terjadi lagi,” ulasnya.
Ia menuturkan, sebenarnya ketika melihat badut ataupun penjual balon, pihaknya merasa simpatik, tapi ternyata orang didalamnya ada yang melakukan hal-hal tidak terpuji.
“Kita minta juga kepada pihak kepolisian, kepada petugas keamanan kita, yaitu Satpol PP dan juga Dinas Sosial agar hal ini bisa ditangani dengan baik,” jelasnya.
Sebelumnya, seorang murid Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Rumbai, SA menjadi korban pencabulan oleh teman prianya yang merupakan seorang badut jalanan. Bahkan, korban juga disekap selama lima hari di rumah kontrakan pelaku, Rabu (3/5) kemarin.
“Selama korban di rumah kontrakan pelaku, korban sudah disetubuhi sebanyak lima kali,” kata Kapolsek Tampan Kompol Asep Rahmat, melalui Kanit Reskrim AKP Aspikar, Senin (8/5).
Pelaku mengaku bahwa korban ada di rumah kontrakannya. Saat di rumah pelaku, ditemukan pintu kamar dirantai dan digembok. Kemudian dibuka paksa ternyata benar korban sedang berada di dalam kamar pelaku.
“Selama lima hari di sana, korban selalu diberi makan dan dibelikan pakaian oleh pelaku. Namun setiap pelaku keluar pergi menjadi badut, korban ditinggalnya di dalam kamar dan pintu kamar selalu dirantai dan dikunci dari luar agar korban tidak bisa keluar dari kamar guna menghindari diketahui oleh orang lain,” pungkasnya. (Ades)