Potret24.com – Cuaca ekstrem dan fenonema hujan es terjadi di daerah Kuantan Singingi, Riau. Salah satunya di Desa Jake, Kecamatan Kuantan Tengah pada Selasa (22/3/2022) sore. Di desa ini, hujan turun disertai dengan butiran es sebesar jari kelingking.
Fenomena ini diprediksi masih akan terjadi beberapa hari kedepan. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Fitri Nur Astuti mengatakan, bahwa pada dasarnya penyebab adanya hujan es berasal dari awan Cumulonimbus.
“Berdasarkan hasil analisis dan pantauan citra radar dan satelit, di wilayah Kuantan Tengah pada pukul 16.30-17.17 WIB mulai terdekteksi awan Cumulonimbus memasuki wilayah tersebut,” kata Fitri di Pekanbaru, Rabu (23/3/2022).
“Pada dasarnya penyebab adanya hujan es berasal dari awan Cumulonimbus. Hasil analisis, pantauan citra radar dan satelit di wilayah Kuantan Tengah pada pukul 16.30 Wib mulai terdekteksi awan Cumulonimbus memasuki wilayah tersebut,” kata Fitri saat dikonfirmasi, Rabu (23/3/2022).
Kemudian, lanjut Fitri pada pukul 16.59 – 17.17 WIB di wilayah Kuantan Tengah terpantau awan Cumulonimbus yang cukup tinggi mencapai sekitar 10km, dengan suhu puncak awannya mencapai -80°C.
Untuk nilai reflektivitas awan pada citra radar juga relatif tinggi sekitar 50-60dbZ (hujan lebat dan angin kencang).
Selanjutnya sekitar pukul 16.59-17.17 Wib di wilayah Kuantan Tengah terpantau awan Cumulonimbus yang cukup tinggi. Bahkan mencapai sekitar 10 Km.
“Ketika downdraft (aliran udara ke bawah) yang keluar dari awan Cumulonimbus cukup kuat dan didukung dengan kelembapan udara di lingkungan tersebut cukup tinggi mengakibatkan es yang seharusnya mencair menjadi air hujan tetap menjadi butiran es ketika turun ke permukaan tanah,” jelasnya.
“Berdasarkan hasil analisis dan pantauan citra radar dan satelit, di wilayah Kuantan Tengah pada pukul 16.30 WIB mulai terdekteksi awan Cumulonimbus memasuki wilayah tersebut,” kata Fitri di Pekanbaru, Rabu (23/3/2022).
“Suhu puncak awannya mencapai -80°C. Untuk nilai reflektivitas awan pada citra radar juga relatif tinggi sekitar 50-60dbZ (hujan lebat dan angin kencang),” imbuh Fitri.
Namun downdraft (aliran udara ke bawah) yang keluar dari awan Cumulonimbus kuat dan didukung dengan kelembapan udara di lingkungan tersebut cukup tinggi.
Hal ini mengakibatkan es turun.
“Ini mengakibatkan es yang seharusnya mencair menjadi air hujan tetap menjadi butiran es ketika turun ke permukaan tanah,” katanya.
Pada Maret ini, masa transisi bahkan telah memasuki wilayah Provinsi Riau. Sehingga potensi terjadi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang dan hujan es sangat meningkat.
“Pertumbuhan awan Cumulonimbus dengan tinggi awan yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya hujan es dan cuaca buruk lainnya. Seperti hujan lebat dan angin kencang masih berpotensi terbentuk,” katanya. ***