Potret24.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia akan berhenti mengekspor sumber daya alam (SDA) dalam bentuk bahan mentah. Pemerintah mendorong hilirisasi agar memberikan nilai tambah.
Jokowi menegaskan bisnis pertambangan hingga minyak dan gas (migas) harus melakukan hilirisasi di dalam negeri untuk memberikan nilai tambah yang besar bagi Indonesia, untuk membuka lapangan kerja, dan menambah devisa.
“Saya kira sudah tidak zamannya lagi, yang sejak zaman VOC kita selalu mengirim mengekspor bahan-bahan mentah yang nilai tambahnya dinikmati oleh negara lain, dan kita sudah membuktikan bahwa dengan hilirisasi nilai tambah di dalam negeri itu sangat besar,” katanya dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (29/1/2022).
Dia mencontohkan salah satu hilirisasi yang sudah dilakukan adalah komoditas nikel yang sejak 2015 sudah memberikan dampak signifikan dari sisi ekspor maupun neraca perdagangan.
Disebutkan Jokowi, ekspor besi baja pada 2021 mencapai US$ 20,9 miliar atau setara Rp 300 triliun, meningkat dari sebelumnya US$ 1,1 miliar (Rp 15 trilun) pada 2014. Itu karena adanya peningkatan nilai tambah di dalam negeri.
“Oleh sebab itu sudah sering saya sampaikan tidak hanya (ekspor) nikel saja yang akan kita setop. Tahun ini mungkin setop lagi bauksit, tahun depan setop lagi tembaga, tahun depan lagi setop lagi timah, setop lagi emas, tidak ada lagi yang namanya ekspor bahan mentah,” tegasnya.
Tahun ini, mantan Gubernur DKI Jakarta itu memperkirakan Indonesia bisa mengekspor khususnya nikel mencapai US$ 28-30 miliar atau sekitar Rp 420 triliun.
“Itu perkiraan dan sekali lagi setelah nikel kita akan mendorong investasi di sektor bauksit, tembaga, timah, emas dan lain-lainnya yang biasanya kita mengekspor dalam bentuk raw material atau bahan mentah,” tambahnya. (detik)