Potret Lingkungan

Hutan di Desa Pinang Sebatang Disisir Mencari Jerat Binatang

5
×

Hutan di Desa Pinang Sebatang Disisir Mencari Jerat Binatang

Sebarkan artikel ini

Potret24.com,–UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPH) Minas Tahura, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, bersama PT Arara Abadi (AA) dan masyarakat petani madu, Kamis (18/11/21) menyisir hutan yang berada di sekitar Desa Pinang Sebatang Barat.

Giat ini untuk memastikan tidak ada jerat binatang liar yang dipasang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

“Hari ini dibantu oleh teman-teman dari PT Arara Abadi serta para petani madu, kita menyisir hutan sekitar untuk menemukan jerat liar,” kata Kasi Perlindungan KSDAE dan Pemberdayaan Masyarakat , UPT KPHP Minas Tahura, Adriansyah SP MMA, Kamis (18/11/21) di lokasi  yang akan disisir.

Dijelaskannya dalam penyisiran tersebut dibagi tiga kelompok tim yakni dari  UPT KPHP Minas Tahura, PT AA dan masyarakat yang totalnya berjumlah 95 orang, tim  menyempatkan diri melihat lokasi beruang  madu yang ditemukan mati beberapa waktu lalu.

Dilokasi tersebut tim KPH Tahura Minas tidak menemukan bekas jeratan namun semak belukar terlihat berantakan seperti bekas terinjak-injak, di salah satu akar pohon terlihat bekas cakaran namun belum bisa dipastikan apakah cakaran beruang atau binatang buas lainnya.

Begitu juga tim dari PT AA  dan tim petani madu juga tidak menemukan jeratan binatang setelah  5 jam penyisiran.

Hardiansyah mengatakan meskipun saat ini belum menemukan jerat binatang namun pihaknya meminta kepada Kelompok Tani Hutan Pandu Alam Istana binaan UPT KPHP Minas Tahura di Desa Pinang Sebatang Barat untuk merutinkan patroli disekitar wilayah ternak madunya, agar tidak terulang lagi kematian binatang   yang dilindungi Undang-undang tersebut.

” Hingga saat  ini kita belum pastikan apakah beruang tersebut mati karena jeratan atau  karena perkelahian dengan binatang lainnya,” terang Hardiansyah.

Namun kata Hardiansyah dari pantauan fisik pada beruang tersebut saat divekuasi oleh KPHP  Minas Tahura, terlihat ada bekas luka jeratan di kaki kemudian bagian leher dan kepala beruang tersebut juga ada bekas luka cakaran dan gigitan,

” Untuk memastikan penyebab kematian beruang tersebut, kita menunggu hasil neukropsi dari BBKSDA Riau,” jelasnya.

Pihaknya juga meminta kepada petani madu untuk tidak memasang jerat binatang apapun termasuk babi, karena niat menjerat babi bisa kena binatang lainnya yang dilindungi,

” Babipun jangan dijerat sebab jika babi punah tidak adalagi makanan harimau, akhirnya harimau mencari makanan ke kampung dan akan menimbulkan konflik  dengan masyarakat,” pesannya.

Ditempat yang sama Humas PT AA Distrik Rasau Kuning, Aef Mahmudin menegaskan beruang yang mati tersebut tidak berada di konsesi perusahan, namun pihaknya tidak berpangku tangan terhadap persoalan tersebut dan ikut berpartisipasi membantu DLKH Provinsi Riau menyisir jerat binatang liar.

“Perlu saya klarifikasi beruang yang mati tersebut tidak berada di konsesi PT Arara Abadi, namun tidak jauh dari konsesi kita,” terangnya.Namun katanya ada juga petani madu yang berada di kawasan konsesi perusahan. Bagi petani yang berada di konsesi PT AA, perusahaan menetapkan kebijakan ketat, seperti petani harus menjaga area ternak lebah, dari kebakaran, dilarang memasang jerat binatang liar dan lainnya.

” Jika ketentuan tertulis di atas materai tersebut dilanggar, perusahaan tidak lagi mengizinkan konsesinya sebagai tempat ternak madu,” ujarnya.

Selain itu bagi warga yang melintasi jalan PT AA lanjut Aef, jika terlihat membawa jerat binatang, warga tersebut tidak dizinkan melalui jalan tersebut.

Sementara itu ketua Kelompok Tani Hutan Pandu Alam Istana Efwandi mengatakan kemungkinan beruang tersebut mati karena terjadi perkelahian sesama binatang,

” Informasi yang saya dapat dari anggota kelompok tani, sebelum ditemukan mati, terdengar suara beruang tengah berkelahi, berkelahi dengan siapa tidak dipastikan, karena anggota kita tidak berani mendekat karena takut  dan haripun sudah gelap,” jelasnya.

Diakuinya memang beruang sering datang ke lokasi peternakan lebah untuk mengambil madu, namun para petani hanya mengusir mengunakan bunyi-bunyian, tanpa melukainya,” Ada juga yang tidak  mau diusir, ya kita biarkan saja, beruang mengambil madu karena lapar, jadi berbagilah, lagipula beruang mengambil  madu dalam kotak tanpa  merusaknya,” terangnya.

Menurut banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah beruang datang ke peternak lebah madu seperti memagari areal peternakan dengan menggunakan kawat berduri, kemudian membuat  aroma yang tidak disukai oleh beruang,

”Kalau pakai penerangan lampu tenaga surya sudah kita terapkan, namun tidak berhasil, jadi kita  akan coba dengan pagar kawat dan aroma,” imbuhnya.

Ditemui terpisah kepala UPT KPHP Minas Tahura, Budi Hidayat mengatakan operasi penyisiran jerat tersebut awalnya DLHK ingin melibatkan BBKSDA Provinsi Riau, namun BBKSDA ada kepentingan lain yang tidak bisa ditinggal, akhirnya DLHK Provinsi Riau  bersama PT AA dan masyarakat petani madu lebah yang melakukan penyisiran,

” Alhamdulillah dari hasil penyisiran hari ini tidak ditemukan jeratan binatang, “ ujarnya.

Pihaknya lanjut Budi tidak ingin kejadian matinya beruang ini Kembali terulang, untuk itu ia meminta para kelompok tani hutan untuk bersama-sama menjaga hewan yang dilindungi tersebut.