Potret Peristiwa

Fenomena Hujan Burung Berjatuhan di Cirebon dan Bali

11
×

Fenomena Hujan Burung Berjatuhan di Cirebon dan Bali

Sebarkan artikel ini

Potret24.com, Jakarta – Fenomena burung pipit berjatuhan kembali terjadi, kali ini di Cirebon. Faktor hujan ternyata bisa memengaruhi kejadian burung berjatuhan.

Untuk kejadian terbaru di Cirebon, persamaannya dengan kejadian di Bali adalah terjadi hujan. Hujan deras dan lama dinilai ada pengaruhnya dengan fenomena burung berjatuhan.

Demikian disampaikan oleh Tri Haryoko Peneliti Burung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Terkait fenomena yang ada, Tri beranggapan sudah banyak disampaikan oleh beberapa pihak bahwa hal tersebut kemungkinan oleh hujan asam, perubahan cuaca, keracunan pestisida ataupun adanya penyakit.

Semua pihak kini menunggu hasil pengujian oleh BBVet Denpasar yang diajukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, untuk kasus yang terjadi di Bali.

“Adanya guyuran air hujan yang deras tersebut, bulu tidak mampu melindungi atau menahan air hujan agar tidak mengenai kulit tubuh burung,” kata Tri dalam wawancara dengan detikINET.

Tri menjelaskan bahwa bulu burung terdiri atas 3 macam bulu utama, yaitu:

  • Plumae : terdiri atas berbagai bentuk dan ukuran yang berfungsi menutupi badan yang bisa kita liat secara langsung.
  • Plumulae: terdiri atas bulu-bulu yang terletak di bawah bulu plumae, yang berfungsi menjaga panas tubuh dengan baik
  • Filoplumae : lebih berfungsi sebagai sensor atau indera.

“Walaupun bulu burung terbuat dari keratin dan mempunyai kelenjar minyak yang melindungi bulu dari air serta tersusun secara rapat, burung bisa mengalami stres dan kedinginan apabila tidak segera tertangani dengan cepat dengan mengeringkan bulunya. Akibatnya, bisa berujung pada kematian,” pungkasnya. (dtk)