Potret24.com, Jakarta – Dim sum dikenal sebagai makanan yang berasal dari Hong Kong dan China. Namun dim sim adalah makanan ikonis di Australia.
Dim sum dan dim sim sekilas memang terdengar mirip. Tapi, dua makanan ini punya perbedaan yang jelas.
Dim sim atau dimmies adalah varian dari pangsit tradisional China yang disajikan dengan cara dikukus dan digoreng. Dim sim mulai terkenal pada 1940-an. Sejak saat itu, hidangan ini jadi makanan ikonis di Australia.
Popularitas dim sim di Australia berawal dari pengusaha William Chen Wing Young (Chen), pemilik Wing Lee, pelopor dim sim di Australia. Chen dikenal juga sebagai bapak dim sim. Sang putri, Elizabeth Chong yang saat ini berusia 90 tahun bercerita mengenai peran ayahnya mempopulerkan dim sim di negeri kanguru itu.
“Sering salah disebut bahwa dia (Chen) yang menemukan dim sim dan memiliki restoran bernama Wing Lee. Dia tidak menemukan dim sim. Tapi ya, jika bukan karena ayahku dim sim tidak akan menjadi seperti ini. Itu tidak akan menjadi ikon makanan cepat saji Australia,” kata Chong kepada CNN Travel.
Kisah dim sim berawal pada 1942 saat pria-pria China yang merantau ke Australia, termasuk Chen, banyak yang menganggur. Mereka terlalu tua untuk bekerja dan tak bisa pulang ke China.
Pada masa itu, Chen mengamati dim sum Kanton sangat disukai di Australia, salah satu yang paling populer adalah siu mai atau pangsit babi dan udang yang berbentuk seperti bunga. Beragam hidangan pangsit ini disajikan dengan teh.
Chen lalu punya ide cemerlang untuk membuat siu mai secara massal lalu dijual dengan gerobak.
Karena siu mai terlalu sulit diucapkan orang Australia pada masa itu, Chen pun menyebutnya dengan dim sim agar lebih mudah diucapkan. Dim sim dan dim sum punya arti yang sama, tapi menggunakan dialek Kanton yang berbeda.
Meski punya arti sama, hidangan dim sim berbeda dengan dim sum. Dim sim punya ukuran yang lebih besar ketimbang dim sum di restoran China. Kulit dim sim juga lebih tebal untuk mencegah pembekuan saat pengiriman.
Bahan-bahan yang digunakan pun berbeda. Pasalnya, saat Perang Dunia II, daging langka di Australia. Beberapa bahan yang biasanya digunakan untuk dim sum di China, tak ditemukan di Australia.
“Daging yang digunakan adalah daging babi dan daging sapi muda. Dia (Chen) juga harus mengisi lebih banyak sayuran, seperti seledri dan kubis Inggris. Kami tidak punya kubis China. Dan sedikit bawang untuk rasa,” ungkap Chong.
Popularitas dim sim melonjak saat Chen meminta anak tertuanya, Tom untuk mengirimkan sekotak dim sim ke pinggiran kota Melbourne. Dalam perjalanan, Tom mengunjungi toko sahabatnya Joe dan menawarkan dim simnya.
Joe pun menggoreng dim sim tersebut dan makan bersama teman-temannya. Sejak saat itu, dim sim pun semakin populer.
Chen bahkan harus bekerja sama dengan insinyur Jerman untuk membuat mesin dim sim pertama agar bisa memproduksi lebih banyak dim sim.
“Saya ingat ayah saya berbicara hingga larut malam dengan insinyur bahwa dia ingin membuat kue dan bagaimana mesin harus mengaduk semua bahan,” kata Chong.
Mesin itu berhasil membuat Chen punya pabrik dim sim pertama di Australia. Produksi dim sim Chen semakin besar. Hampir semua toko dan supermarket ingin menjual dim sim Chen.
Sejak saat itu, banyak restoran dan produsen dim sim bermunculan. Sayang, Chen memutuskan pensium pada akhir 1950-an. Wing Lee pun dijual kepada merek lain.
Kendati demikian, dim sim tetap jadi hidangan ikonis di Australia. Dim sim tak bisa dipisahkan dari kehidupan orang di negeri kanguru itu. (cnn)