Potret24.com, Jakarta – Kemenpora akan bertanggung jawab terkait kegagalan Indonesia mencapai target peringkat di Olimpiade Tokyo 2020, bahkan sampai disalip Filipina.
Hal itu disampaikan Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto, yang menyebut hasil tersebut sekaligus menjadi evaluasi yang serius bagi pemerintah.
“Tentu saja ini harus menjadi evaluasi yang serius bagi kami karena semula kami berharap di Olimpiade minimal sama atau lebih baik dari Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Tapi ternyata lebih buruk dari Rio,” kata Gatot kepada detikSport, Minggu (8/8/2021).
Menukil klasemen sementara Indonesia hingga jelang upacara penutupan yang berlangsung malam ini, berada di urutan ke-55 di Olimpiade Tokyo. Peringkat itu merosot tajam dari target semula masuk 40 besar.
Tak hanya dari segi peringkat dari negara-negara yang tampil di Olimpiade, Indonesia faktanya juga tertinggal dari Filipina yang kini menempati peringkat 50.
Padahal, dari sisi perolehan medali, Merah Putih sudah memberikan hasil terbaik satu emas, satu perak, dan tiga medali perunggu. Jumlah yang lebih banyak dari Olimpiade Rio hanya satu medali emas dan dua medali perak.
“Memang namanya olahraga itu dinamis semua bisa terjadi. Kepada Filipina berarti ada kemajuan, bagi kita harus lebih berbenah lagi. Ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan dari grand desain olahraga nasional. Kalau tidak, seperti yang dikatakan Bapak Menteri, ya prestasi ini by insiden, maksudnya karena kebetulan saja, tapi kalau ada grand desain olahraga semuanya sudah terukur, terencana,” dia menjelaskan.
“Terhadap atlet kami tidak ada masalah, mereka sudah berbuat terbaik dan tak mengurangi rasa hormat kami kepada mereka. Hanya saja untuk prestasi secara keseluruhan akan ada evaluasi secara khusus. Ini kan belum berakhir, masih ada beberapa pertandingan yang dimainkan sampai penutupan,” dia menambahkan.
Dengan kegagalan mencapai target ini, Gatot menegaskan hasil ini menjadi tanggung jawab Kemenpora.
“Kami tanggung jawab, kami tanggung jawab,” katanya.
Kemenpora saat ini masih menunggu Komite Olimpiade Indonesia (KOI) tiba di tanah air untuk melakukan pertemuan dan evaluasi secara keseluruhan terkait Olimpiade Tokyo 2020.
“Soal evaluasi sementaranya berarti ya namanya olahraga enggak bisa diplanning, di-maintenance, seperti yang selama ini ada. Itu sebabnya, Menpora sangat serius merealisasikan grand desain olahraga. Karena dengan ada road map, master plannya, dan juga ada planning jangka panjangnya akan ketahuan target tiap Olimpiade seperti apa, dan harusnya sudah terukur,” ujar Sesmenpora asal Yogyakarta itu.
“Misalnya di Tokyo seperti apa, Paris seperti apa, lalu Los Angeles, tahun 2032 seperti apa sampai 2045. Itu yang pertama. Yang kedua, siapa saja yang turut terlibat? Tidak hanya Kemenpora sendiri ada Kementerian Lembaga yang terlibat, lalu strateginya seperti apa untuk mencapai ke sana, sport sciencenya seperti apa.” (gr)