Potret24.com, Jakarta – Belum usai permasalahan varian Delta, dunia kembali dihadapi dengan varian baru Corona lainnya, yaitu Lambda. Sebuah studi terbaru yang dilakukan tim peneliti Jepang menyebut varian Lambda ini bisa menembus perlindungan yang dibentuk oleh vaksin.
Varian Lambda ini juga diketahui sudah menyebar ke banyak negara, seperti Chili, Peru, Argentina, Ekuador, hingga terbaru di Filipina. Pada April lalu, otoritas di Peru menyebutkan bahwa 81 persen kasus COVID-19 di sana berkaitan dengan varian Lambda.
Menurut tim peneliti Jepang, tingkat vaksinasi di Chili sudah relatif tinggi. Tetapi, lonjakan kasus akibat varian tersebut masih terus terjadi di Chili. Hal inilah yang menunjukkan varian Lambda bisa ‘kabur’ dari kekebalan antivirus yang dihasilkan oleh vaksin.
“Di sini kami menunjukkan jika varian Lambda melengkapi tidak hanya infeksi, namun juga resisten pada kekebalan antivirus,” ungkap penelitian tersebut yang dikutip dari Fox29, Senin (16/8/2021).
Di tengah penyebarannya, pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih belum banyak mengetahui dampak dari varian Lambda ini. Tetapi, ada kemungkinan varian ini berpotensi meningkatkan penularan atau meningkatkan resistensi (kebal) terhadap antibodi penetral dari vaksin, dibandingkan dengan strain Corona aslinya.
Pada studi awal lainnya yang dilakukan Universitas New York, menyebutkan bahwa varian Lambda ini kemungkinan sedikit kebal terhadap antibodi dari vaksin yang diproduksi dari mRNA yaitu Pfizer dan Moderna.
Meski begitu, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa varian Lambda ini tidak akan bisa membuat hilangnya perlindungan atau antibodi yang signifikan terhadap infeksi.
“Sejauh ini, kami tidak melihat indikasi jika varian Lambda lebih agresif. Ada kemungkinan bahwa itu menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi, namun kami belum punya cukup data untuk membandingkannya dengan varian Delta ataupun Gamma,” kata ahli virologi WHO, Jairo Mendez-Rico. (gr)