Potret24.com, Jakarta – Beberapa hari terakhir, kasus Corona di Indonesia dilaporkan menurun dari angka 50 ribuan menjadi 30 ribu-an kasus. Presiden Joko Widodo juga sempat mengklaim penurunan kasus COVID-19 sudah terlihat di beberapa hari terakhir kala kebijakan PPKM darurat berlangsung.
Sementara, Eks Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menilai angka kasus harian Corona di Indonesia tak benar-benar menurun. Sebab, jumlah orang yang diperiksa juga menurun.
“Kalau tes-nya berkurang, tentu jumlah kasusnya berkurang, jadi kalau kita lihat jumlah kasus baru naik apa turun tidak bisa dibaca angka itu saja, harus bisa dibaca angka tes-nya itu juga,” tegas dia dalam IG Live d’Talk bersama detikcom Kamis (22/7/2021).
Misalnya, ia membandingkan penambahan kasus harian COVID-19 di Indonesia per 15 Juli dengan 20 Juli. Perbedaan jumlah kasus dari rekor COVID-19 harian 56 ribu hingga turun menjadi 30 ribuan terjadi saat jumlah testing jauh lebih rendah.
“Angka paling tinggi itu pada 15 Juli kemarin itu, ada 56 ribu kasus baru, tapi yang dites pada hari itu adalah 185 ribu orang,” kata dia.
“Pada hari terakhir PPKM Darurat 20 Juli, dari 56 ribu itu seakan-akan turun menjadi 38.325, tapi yang di-tes cuma 114 ribu,” sambungnya.
Ada banyak indikator yang perlu diperhatikan untuk melihat tren kasus Corona di Indonesia. Selain jumlah testing, positivity rate RI berada di 30 persen, dan rekor angka kematian COVID-19 perlu menjadi gambaran bagaimana fenomena COVID-19 di RI masih mencatat lonjakan kasus.
Ia mendesak pemerintah untuk bisa segera menaikkan jumlah testing COVID-19 berdasarkan target terbaru 400 ribu sehari, bahkan 500 ribu. Sebab, penemuan kasus COVID-19 lebih banyak tentu bisa efektif menekan transmisi kasus Corona lebih luas.
“Kalau saya menggunakan India, karena India itu kan pernah tinggi banget, kemudian turun, India melakukan tes 2 juta orang per hari, sementara penduduk kita seperempat India, jadi kalau dia bisa 2 juta masa kita 500 ribu nggak bisa,” jelas Prof Tjandra.
“Sebisa mungkin pelayanan pasien positif ditangani, yang (penemuan kasus) luar juga bisa ketemu, bisa ditangani juga, kalau nggak ya nggak kelar-kelar,” pungkasnya. (gr)