Potret Olahraga

Kisah Haru Suni Lee, Tragedi dan Cedera Berujung Medali Emas Olimpiade 2020

6
×

Kisah Haru Suni Lee, Tragedi dan Cedera Berujung Medali Emas Olimpiade 2020

Sebarkan artikel ini

Potret24.com, Tokyo – Terkejut sambil menutup mulut yang ternganga dengan kedua tangan. Demikian reaksi pesenam artistik Amerika Serikat Sunisa Lee setelah mengetahui dirinya mendapat skor tertinggi. Sebuah medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 pun berhasil diraihnya.

Atlet AS keturunan Asia ini tak pernah menyangka bakal membawa pulang medali emas. Apalagi, penampilannya pada final all-around individu, Kamis (29/7/2021), ini terbilang mendadak.

Ia tampil sebagai pengganti Simone Biles, sang ‘ratu senam’ yang mundur karena alasan kesehatan mental.

“Rasanya momen ini seperti tak nyata. Aku tadinya berpikir tidak akan bisa ada di sini. Sungguh, ini seperti sebuah mimpi,” kata perempuan yang akrab disapa Suni itu seperti dikutip CNN.

Keberhasilan itu kian terasa mengejutkan karena Sunisa Lee menang tipis dari kedua rivalnya setelah mencatatkan nilai akhir 57,433. Peraih medali perak Rebeca Andrade dari Brasil mendapatkan skor 57,298.

Menyusul kemudian, peraih medali perunggu Angelina Melnikova dari ROC (Komite Olimpiade Rusia) dengan nilai 57,199.

Belum lagi usianya yang terbilang masih belia. Berusia 18 tahun, Suni menjadi yang termuda di tim senam AS.

Kemenangan Sunisa Lee langsung disambut meriah oleh rekan-rekannya, termasuk Simone Biles yang menyaksikan langsung dari bangku penonton.

“Dukungan mereka sangat berarti buatku. Hal yang menyebalkan adalah aku tidak bisa tampil bersama Simone di final tadi. Namun, berkat kedatangannya di arena, aku sangat senang dan terbantu. Dia adalah inspirasi terbesarku” ucap Lee.

Dukungan juga datang dari keluarga dekat dan teman-temannya di kota asalnya, Oakdale, Minnesota. Mereka ramai-ramai menyaksikan aksi Suni Lee di sebuah acara nonton-bareng.

Sorak bahagia langsung pecah ketika nama Suni resmi diumumkan sebagai juara pertama.

Orangtua Suni pun tak dapat menahan tangis haru melihat putrinya menorehkan prestasi baru.

“Sulit untuk mendeskripsikan perasaan kami dengan kata-kata saat ini,” kata sang ayah, John Lee, yang merupakan pengungsi beretnis Hmong dari Laos.

Ibu Suni, Yeev Thoj, merasa sangat bangga mengingat jatuh-bangun yang sempat dirasakan putrinya.

“Semua cedera yang dialaminya. Dia juga pernah melalui masa sulit, pulang ke rumah dengan keadaan sangat stres dan menangis. Semua akhirnya terbayarkan,” ungkap Yeev.

Tahun lalu, di tengah persiapan untuk Olimpiade Tokyo 2020, Sunisa Lee mengalami cedera tendon achilles. Kondisi tersebut memaksanya untuk beristirahat selama dua bulan lebih. Ia juga harus menghadapi kenyataan pahit setelah kehilangan paman dan bibinya karena COVID-19.

Sebelumnya, kondisi mental perempuan yang memiliki nama lahir Sunisa Phabsomphou ini sempat terpuruk menyusul tragedi yang menimpa ayahnya. Pada 2019, John yang sangat bersemangat mendukung putrinya menjadi atlet gimnastik sejak kecil, terjatuh dari ketinggian ketika sedang membantu tetangganya memangkas pohon. Kejadian tersebut menyebabkan John lumpuh dari pinggang hingga kaki.

Kehilangan semangat, Suni Lee sempat berniat berhenti dari dunia gimnastik. Namun berkat dukungan ayah dan keluarganya, ia mencoba tetap bertahan.

Beberapa hari setelah kecelakaan, ia akhirnya memberanikan diri untuk tampil perdana di kejuaraan gimnastik AS dan mendedikasikan penampilan tersebut untuk sang ayah.

Prestasinya pun berlanjut hingga Olimpiade Tokyo 2020 meski tadinya ia bukan unggulan seperti para seniornya. Namun, usaha keras membuktikan dia sebagai juara.

Suni Lee menjadi wanita keturunan Hmong-AS pertama yang menyabet medali emas dalam sejarah Olimpiade. Namanya kini sejajar dengan para ‘ratu senam’ AS yang sukses mempertahankan posisi AS pada nomor all-around individu putri di Olimpiade sebelumnya. Mereka di antaranya, Carly Patterson (2004), Nastia Liukin (2008), Gabby Douglas (2012), dan Biles (2016).

“Momen ini sungguh emosional. Tapi aku sangat bangga dengan diriku karena medali ini juga mustahil tanpa andil pelatih, tim medis dan orangtuaku. Ini sungguh seperti bukan kenyataan,” kata Sunisa Lee yang masih belum bisa memercayai kemenangannya di Olimpiade Tokyo 2020. (gr)