Potret Olahraga

Inggris Ganti Formasi Lawan Italia, Awalnya sih Menjanjikan…

4
×

Inggris Ganti Formasi Lawan Italia, Awalnya sih Menjanjikan…

Sebarkan artikel ini
inggris gagal

Potret24.com, Jakarta – Manajer Inggris Gareth Southgate mengubah formasi jadi tiga bek saat kalah menghadapi Italia di final Euro 2020. Tapi awal yang menjanjikan tak berlanjut sampai akhir pertandingan.

Inggris lazim pakai formasi varian 4-2-3-1 di Euro 2020. Tapi terkadang formasi baku itu pun bisa berubah dengan penggunaan tiga bek dalam varian 3-4-3 atau 3-4-2-1. Sebelum lawan Italia, formasi ini juga dipakai Southgate saat Inggris menang 2-0 atas Jerman di 16 besar.

Dalam formasi tiga bek ketika menghadapi Italia, dua bek tengah John Stones dan Harry Maguire ditemani Kyle Walker. Sedangkan Kieran Trippier dan Luke Shaw ada di masing-masing sayap untuk naik-turun menyisir sisi lapangan sesuai kondisi permainan. Ujung tombak masih dipercayakan pada Harry Kane, yang ditopang oleh Raheem Sterling dan Mason Mount.

Hal ini tampaknya dimaksudkan Southgate antara lain demi “membagi” peran lini ofensif dan defensif the Three Lions. Secara spesifik, pemain-pemain sayap (Shaw dan Trippier) bisa lebih aktif membantu pertahanan tanpa mengurangi potensi serangan (yang diemban Sterling, Mount, dan Kane). Serangan balik pun berpeluang dialirkan lewat kedua rusuk permainan.

“Akan rumit jika pemain sayap kami (dalam formasi 4-2-3-1) sampai kena tarik ke belakang (dalam mengawal pergerakan pemain Italia). Kami ingin para pemain ofensif kami bisa lebih maju ke depan, masuk ke posisi yang kami rasa bisa mencederai Italia lewat serangan balik,” kata Soutghate di BBC.

gol italia

Dengan Shaw dan Trippier diberi peran defensif sedikit lebih besar, Southgate memproyeksikan Mount berperan jadi jembatan lini tengah (Declan Rice dan Kalvin Phillips) dan lini serang. Sterling diharapkan dapat membuka ruang dan peluang untuk kemudian dituntaskan Kane.

Satu aspek lain dari kehadiran Trippier dalam formasi Inggris ini adalah kemampuannya dalam hal eksekusi bola mati, plus pengalamannya. Bukayo Saka, yang biasanya jadi starter, pun diparkir demi modifikasi formasi Southgate di final Euro 2020 ini.

Di atas lapangan, pada awalnya semua terlihat akan berjalan sempurna buat skuad Tiga Singa. Umpan silang Trippier berhasil disambar Luke Shaw untuk jadi gol pembuka saat laga baru berjalan dua menit saja.

Namun, Inggris tak kuasa menghabisi Italia, yang sebenarnya cukup direpotkan dengan formasi dan permainan lawannya di babak pertama. Ketidakmampuan Tiga Singa mencetak gol kedua turut memberi angin buat Italia.

Pelatih Italia Roberto Mancini melakukan pergantian secara pemain jitu di menit ke-55. Ia menarik ujung tombak Ciro Immobile dan menggantikannya dengan Domenico Berardi.

Imbas pergantian itu, Lorenzo Insigne digeser ke tengah. Tapi faktanya Insigne, sebelum digantikan Andrea Belotti di menit ke-90, banyak bermain lebih ke dalam guna membuka ruang buat Berardi dan Federico Chiesa.

Sejak titik itu, Italia main lebih dinamis dalam meladeni Inggris. Hasilnya lahir di menit ke-67 lewat gol balasan Leonardo Bonucci yang bikin skor jadi 1-1.

Merespons gol Gli Azzurri itu, utak-atik skema kembali dilakukan Southgate, diawali dengan masuknya Saka menggantikan Tripper di menit ke-71 guna menambah daya dobrak.

Tiga menit berselang Jordan Henderson lantas masuk menggantikan Rice, dengan harapan menambah stabilitas lini tengah.

Setelah pergantian itu belum juga berbuah, dan laga sudah masuk extra time, giliran Mount digantikan Jack Grealish — sosok yang dinilai kaya kreativitas tapi relatif jarang dapat menit bermain di bawah Southgate. Akan ada pertanyaan apakah Grealish terlambat dimasukkan di laga ini, mengingat ia baru dimainkan di menit ke-99.

Saat laga sudah memperlihatkan gelagat akan masuk adu penalti, dua pergantian terakhir dilakukan Southgate dengan masuknya Jadon Sancho dan Marcus Rashford untuk menggantikan Walker dan Henderson.

Southgate menyiapkan Sancho dan Rashford jadi algojo Inggris. Tapi ini lantas jadi blunder karena kedua pemain itu gagal melaksanakan tugas. Masuknya kedua pemain itu, murni cuma untuk jadi penendang penalti di sebuah laga sepenting final Euro 2020, ikut jadi pertanyaan.

“Secara mental, Anda harus menyiapkan diri. Mereka sama sekali tidak menendang bola selama beberapa waktu (sebelum diturunkan),” kata Alan Shearer, legenda Inggris, di BBC. (gr)