Potret24.com, Jakarta – Kondisi darurat sejumlah rumah sakit di Pulau Jawa akibat lonjakan kasus Corona semakin mengerikan. Bahkan, ada cerita tentang dokter yang ditanya pasien soal berapa lagi ia bisa hidup.
Cerita ‘Berapa Lama Lagi Saya Bisa Hidup Dok?’
Ini diungkap oleh dokter bernama Agnes Tri Harjaningrum melalui status Facebook-nya. Cerita tersebut kembali dibagikan oleh Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi lewat akun Twitternya. detikcom telah mendapat izin untuk mengutip cerita tersebut.
Agnes bercerita soal kondisi sebuah RSUD di Jakarta yang sedang penuh. Akibat kondisi ini, dia mendapat pertanyaan dari para pasien soal berapa lama lagi mereka bisa bertahan hidup.
“‘Berapa Lama Lagi Saya Bisa Hidup Dok?’ Malaikat maut seperti sudah melambai-lambai berjalan mendekat. Menanti RS Rujukan, ruang HCU, ICU, sama seperti menanti menemukan jarum dalam jerami. Itu jugalah yang tampaknya terjadi pada kakakku, yang kemudian meninggal 10 hari lalu. Jadi saya bisa bertahan hidup berapa lama lagi Dok kalau saya nggak dapat-dapat rujukan? Kalau saya nggak dapat HCU atau ICU?” Tanya pasien-pasien yang sudah sesak berat itu. Dokter mana yang tidak tercekat ketika mendapat pertanyaan seperti itu,” tulis Agnes dalam status yang diunggah pada Senin (28/06/2021).
Dia juga mendapat laporan bahwa para pasiennya banyak yang mengidap sesak nafas. Selain itu, daftar tunggu IGD bisa mencapai hingga 50 orang.
“Pasien di IGD stagnan 9 orang Dok sesek semua.” Rujukan? Wassalam. Masih mending ini 9. Di RS besar waiting list di IGD bisa 30 hingga 50an orang,” lanjutnya.
Dia mengatakan sejumlah pasien dalam daftar tunggu sudah menanda tangani Do Not Resuscitate (DNR). DNR merupakan keputusan untuk tidak melanjutkan tindakan pertolongan (CPR/cardiopulmonary resuscitation) setelah 30 menit tidak menunjukan ada Return of spontaneous circulation (ROSC). Pasien- pasien dengan DNR termasuk dalam kategori sebagai pasien menjelang ajal.
Mereka hanya bisa diberi obat-obatan sederhana, infus dan oksigen. Sehingga jika kondisinya memburuk, mereka tidak akan mendapat tindakan apa-apa lagi. Ironisnya, para pasien dalam daftar antrean ini rata-rata berada di rentang usia antara 30 hingga 50 tahun.
“Mereka benar-benar seperti menunggu antrian kematian kan jadinya hiks. Dan sedihnya pasen-pasen yang antri itu bukan yang sudah sepuh-sepuh, tapi usia 30 sampai 50an. Usia produktif, meskipun ada juga yang beneran sepuh memang. Kadang ada yang DOA (death on arrival), ada juga yang meninggal di perjalanan,” ungkapnya.
Dia menuturkan bahwa angka kematian di RSUD tersebut tinggi. Hampir setiap hari ada pasien yang meninggal dunia.
“Angka kematian di RS ini pasti tinggi, karena hampir setiap hari ada pasen meninggal. Hari ini 2, kemarin satu. Padahal sebulan lalu seminggu juga belum tentu satu. Bagian peralatan sudah menyiapkan peti mati lebih banyak karena kebutuhan meningkat,” tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan data bed occupancy rate (BOR) isolasi pasien Corona di rumah sakit di Jakarta sudah menyentuh angka 93 persen. Sementara keterisian ruang ICU saat ini mencapai 87 persen.
“Okupansi memang tempat tidur sudah mencapai 93%, ruang ICU 87%,” kata Riza setelah meninjau posko terpadu PPKM mikro di Kelurahan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/6/2021).
Riza menerangkan, pihaknya terus menambah tempat tidur dan ruang ICU di beberapa rumah sakit. Selain itu, Pemprov DKI akan menambah beberapa tenaga kesehatan dan laboratorium.
“Namun kami terus meningkatkan dan mengupayakan peningkatan penambahan tempat tidur dan ruang ICU, penambahan tenaga kesehatan, laboratorium dan berbagai fasilitas dukungan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, politikus Gerindra ini menyebut penambahan kasus Corona di DKI yang terus mencetak rekor terjadi karena jumlah testing di DKI yang tinggi. Kata Riza, jumlah testing di DKI mencapai 135.940 atau setara 14 kali lipat dari standar WHO.
“Sekalipun memang di Jakarta dalam dua hari terakhir ini mencapai rekor sampai 9.000, namun perlu diketahui itu juga disebabkan karena memang tes PCR di Jakarta, 3T kami tracing, testing, dan treatment kami tinggi ya, testing kami mencapai 135.940 itu artinya hampir 14 kali dari standar WHO, memang itulah cara yg dilakukan ini kami Pemprov untuk segera menyelesaikan dengan cara meningkatkan 3T, tugas masyarakat mari kita tingkatkan 3M,” ungkapnya. (dtk)