Pekanbaru

Calon Ketua IKA Unri Diduga Kelompok LGBT Mulai Merebak

4
×

Calon Ketua IKA Unri Diduga Kelompok LGBT Mulai Merebak

Sebarkan artikel ini
Negeri berkah tanpa LGBT

Potret24.com, Pekanbaru – Sesuatu yang ganjil sedikit mulai terkuak jelang pemilihan Ketua IKA Unri yang rencananya akan digelar tanggal 05 Juni 2021.

“Kita pastikan akan menolak calon Ketua IKA Unri yang disinyalir terindikasi kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Siapapun orangnya pasti tidak akan kita terima,” tegas Muhammad Hendri, alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, Kamis (03/06/2021).

Menurutnya kaum LGBT itu merupakan kelompok yang seharusnya dijauhi karena dikhawatirkan akan menularkan perilaku yang salah kepada pihak lainnya. “Harusnya dijauhi bukannya didekati atau malah diangkat sebagai Ketua. Tak benar ini harusnya ada penegasan yang lebih kongkret,” katanya menambahkan.

Meskipun sudah menjadi perbincangan hangat di masyarakat, tetapi tentunya masih banyak di antara Anda yang penasaran tentang apa itu LGBT? LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Istilah LGBT mulai muncul kurang lebih tahun 1990-an dan awalnya digunakan untuk menggantikan istilah ‘komunitas gay’ yang ada saat itu.

Sejak ditemukan istilah LGBT, maka komunitas ini tidak hanya mewakili gay saja, tetapi juga lesbian, biseksual, dan juga transgender.

Menurut pengertiannya sendiri gay adalah sebutan untuk pria dengan orientasi seks pada sesama jenis. Lesbian adalah sebutan untuk wanita yang memiliki orientasi seks terhadap wanita. Biseksual adalah sebutan untuk individu yang orientasi seksnya bisa pada pria dan bisa juga pada wanita.

Sedangkan transgender adalah istilah untuk individu yang identitas atau ekspresi gendernya berbeda dengan jenis kelaminnya ketika lahir. Istilah queer yang mengacu pada individu yang masih meragukan orientasi seksualnya sering ditambahkan di belakangan LGBT dan menjadi LGBTQ. Istilah ini baru muncul setelah tahun 1996.

Masih banyak perdebatan dari setiap kaum tentang haruskah bergabung dalam satu gerakan atau tidak. Tapi secara umum kini LGBT adalah istilah yang digunakan untuk mewakili kaum non-heteroseksual. LGBT memiliki lambangnya sendiri yaitu pelangi.

Himbauan Gamari

Lambang ini dipilih karena identik dengan pergerakan zaman baru. Faktor Penyebab LGBT Banyak yang beranggapan bahwa LGBT adalah sekedar perilaku seksual yang tidak semestinya. Orientasi seksual seseorang memang seharusnya terbentuk secara alami.

Tapi ternyata orientasi ini juga bisa berubah karena berbagai faktor. Ada banyak sekali faktor yang bisa membuat seseorang memiliki orientasi seksual yang tidak biasa.

Psikolog asal Jakarta Nugraha Hikman mengatakan, beberapa faktor penyebab LGBT adalah sebagai berikut ini:

  1. Trauma masa lalu. Seseorang yang menjadi korban penyimpangan atau pelecehan seksual, bisa berpotensi memiliki orientasi seksual yang tidak sewajarnya. Korban yang merasa dilecehkan oleh lawan jenis bisa berpotensi merasakan trauma hingga dewasa dan cenderung mudah untuk ditarik ke dalam hubungan sesame jenis.
  2. Faktor selanjutnya yang menjadi penyebab LGBT adalah faktor keluarga. Pembentukan karakter seorang individu dimulai dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Jika pada proses pembentukan karakternya individu tersebut dibuat bingung dengan karakternya sendiri, tentunya pembentukan orientasi seksualnya juga bisa bermasalah.

Contohnya adalah seperti keluarga yang memperlakukan anak perempuan seperti anak laki-laki dan juga sebaliknya.

Meskipun tidak semua kasus seperti ini menunjukkan bahwa seseorang dapat memiliki orientasi seksual yang tidak semestinya, tetapi faktor ini tetap menjadi salah satu penyebab yang masih banyak ditemui hingga saat ini.

  1. Faktor lingkungan lebih dari faktor genetis Kaum LGBT terdiri dari beberapa jenis individu dengan orientasi seksual yang berbeda. Satu-satunya yang mendapat pengaruh dari faktor genetis adalah kaum interseks. Sedangkan untuk yang lainnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Sebelumnya disebutkan bahwa faktor keluarga sangat berpengaruh pada pembentukan orientasi seks seseorang. Selain faktor keluarga, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada pembentukan psikoseksual seseorang. Faktor lingkungan biasanya akan semakin kuat ketika seseorang memasuki usia remaja.

Individu yang pada awalnya heteroseksual juga bisa berubah orientasi seksualnya jika masuk ke dalam lingkungan dengan orientasi seksual yang tidak biasa. Pengalaman seksual seseorang untuk pertama kali juga bisa berpengaruh pada orientasi seksual ke depannya.

Bisa dikatakan bahwa orientasi seksual yang menyimpang ini bisa diajarkan pada seseorang yang orientasi seksualnya normal, lebih mudah diajarkan lagi pada seseorang yang belum memiliki pengalaman seksual sama sekali.

  1. Penyalahgunaan teknologi Kecanggihan teknologi memang memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Tapi jika tidak digunakan dengan bijak maka bisa menyebabkan penyimpangan orientasi seksual. Individu dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang LGBT, tapi sayangnya informasi ini tidak didukung dengan pengetahuan yang memadai.

Pada akhirnya individu yang mendapat informasi ini pun akan menyerap informasi tersebut seadanya dan akan sangat mungkin menyalahartikan informasi tersebut. Jika tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang apa itu LGBT sebenarnya dan apa dampak dari orientasi seksual yang menyimpang, individu tersebut bisa beranggapan bahwa LGBT adalah sesuatu yang wajar.

Apakah LGBT Berbahaya? Jika dikatakan berbahaya atau tidak bagi kesehatan maka dapat dikatakan bahwa LGBT bisa mendatangkan beberapa risiko bagi kesehatan. LGBT memang bukan satu-satunya faktor yang dapat menyebabkan penularan PMS (penyakit menular seksual) maupun penyakit seperti HIV/AIDS, pada pasangan heteroseksual penyakit-penyakit ini juga bisa ditularkan.

Tetapi banyak studi yang sudah membuktikan bahwa penularan penyakit seperti HIV/AIDS lebih tinggi pada pasangan seks pria dengan pria. Selain itu, studi lain juga menunjukkan bahwa wanita transgender memiliki risiko terjangkit HIV jauh lebih tinggi daripada wanita biasa.

Ditambahkannya lagi, pada dasarnya orientasi seksual yang menyimpang memang akan memicu perilaku seksual yang menyimpang. Wajar saja jika bagian tubuh yang tidak digunakan dengan semestinya bisa mengalami gangguan kesehatan.

Selain karena orientasi seksual yang menyimpang, penyakit seperti ini pada dasarnya mudah menular karena kebiasaan bergonta-ganti pasangan. Jadi, meskipun dengan orientasi yang menyimpang, sebenarnya seseorang masih bisa terhindar dari risiko penyakit tersebut, asalkan menjalani kehidupan seksual yang sehat.

Di Indonesia yang masih menjunjung tinggi budaya ketimuran, LGBT masih menjadi hal yang kontroversial dan cenderung ditolak. Pernikahan LGBT yang sudah disetujui di beberapa negara di dunia, juga masih dilarang keras di Indonesia. Namun, tidak sedikit juga kalangan yang mendukung gerakan yang satu ini. (gr)