Potret24.com, Pekanbaru – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek), Nadiem Makarim mengatakan, pembelajaran tatap muka di seluruh wilayah Indonesia tetap akan digelar pada Juli 2021.
Menurutnya, dengan kebijakan prioritas vaksin untuk para guru, sudah waktunya pembelajaran kembali dilakukan di sekolah.
Namun, Nadiem menekankan bahwa orang tua memiliki hak mutlak menentukan apakah anaknya sudah boleh ikut sekolah tatap muka atau belum.
“Itu hak prerogatif orang tua untuk memilih anaknya mau belajar tatap muka atau belajar jarak jauh,” tegas Nadiem dari laman Kemendikbud-Ristek.
Sementara seorang wali murid di SDN 189 Kota Pekanbaru meminta ada jaminan keselamatan bagi anak-anaknya jika diharuskan belajar tatap muka.
“Siapa nanti yang bisa menjamin anak saya tidak akan tertular Virus Covid-19. Kalau tidak ada jaminan minimal ada yang bertanggungjawab, takkan saya izinkan anak saya masuk sekolah,” tegas wali murid SDN 189 Pekanbaru, Ny Syamsul Hidayah.
Dirinya selama ini selalu menjaga betul aktivitas anak-anaknya dan sangat khawatir anaknya bisa terjangkit Virus Corona.
“Selama ini saya yang jaga anak-anak saya. Jadi kalau diminta untuk kembali bersekolah, harus aga jaminan dari pihak sekolah ataupun Disdik Pekanbaru. Kalau sudah ada jaminan hitam di atas putih, baru saya izinkan,” tegasnya lagi.
Jaminan ini sengaja dimintanya agar pihak sekolah maupun Disdik Pekanbaru benar-benar mengawasi aktivitas anak-anak selama berada di sekolah.
“Jangan ada pembiaran dan diacuhkan seperti selama ini. Karena ada beberapa guru yang sepertinya tidak ada kepedulian terhadap siswanya. Bisa-bisa satu minggu sekolah malah terjangkit Virus Covid-19,” katanya menambahkan.
Terakhir dirinya meminta seluruh guru, pegawai serta pihak-pihak yang intens di sekolah harus divaksin terlebih dahulu.
“Semuanya harus divaksin. Jangan seperti yang sudah-sudah. Katanya sudah divaksin ternyata sama sekali tidak. Ingat anak-anak sangat rentan terhadap penyebaran Virus Covid-19. Sekali saja kita lengah, anak-anak bisa pulang dengan penyakit Covid-19. Siapa nanti yang repot, tentulah orangtuanya,” tegasnya lagi.
Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dari jumlah total penderita Covid-19 di seluruh dunia, sebanyak 8,5 persen merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun.
Angka kematiannya pun lebih sedikit dan biasanya gejalanya lebih ringan.
Kendati demikian, tetap ada laporan pasien anak-anak yang kritis melawan Covid-19.
Sejumlah penelitian terbatas yang dilakukan oleh sejumlah negara mendapati risiko anak tertular Covid-19 lebih kecil ketimbang orang dewasa. (gr)