Potret24.com, Jakarta – Sejumlah pejabat senior militer Myanmar baru-baru ini melakukan pertemuan dengan dua kelompok etnis Wa dan Shan, yang dianggap terkuat di Myanmar, untuk mempererat hubungan dengan mereka.
Seperti dilansir media lokal Myanmar, The Irrawady, Minggu (11/4/2021) pada 7 dan 8 April lalu, sejumlah anggota Komite Perdamaian Militer pergi ke daerah Matmanseng dan Wan Hai, di Negara Bagian Shan utara. Kunjungan itu dilakukan untuk bertemu para pejabat dari United Wa State Army (UWSA) dan Shan State Progressive Party (SSPP).
Kunjungan itu dipimpin oleh Letnan Jenderal Yar Pyae dan Letnan Jenderal Aung Zaw Aye, komandan Biro Operasi Khusus.
Menurut The Irrawady, kunjungan itu tidak hanya secara resmi bertujuan untuk mengadakan diskusi perdamaian, namun juga disebutkan untuk mendorong para pejabat dari kelompok bersenjata untuk menjaga hubungan dengan militer dan menjelaskan kepada mereka alasan di balik kudeta 1 Februari tersebut.
Dari 18 kelompok etnis bersenjata di Myanmar, UWSA adalah yang paling kuat. Mereka menandatangani gencatan senjata dengan pemerintah pada tahun 1989.
UWSA menjadi salah satu kelompok etnis bersenjata yang tetap diam terkait kudeta.
Sebelumnya, 10 dari 18 etnis bersenjata menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata Nasional dengan pemerintah dan telah mengecam kudeta militer dan pembunuhan pengunjuk rasa sipil.
Kunjungan junta Myanmar dilakukan usai kelompok etnis bersenjata kuat lainnya seperti Tentara Kemerdekaan Kachin dan Persatuan Nasional Karen baru-baru ini melancarkan serangan terhadap pasukan militer untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap pembunuhan para pengunjuk rasa.
U Nyi Rang, juru bicara UWSA, mengatakan dia tidak berpartisipasi dalam pertemuan tersebut dan tidak dapat memberikan rincian tentang itu.
“Setahu saya, mereka menjelaskan mengapa kudeta terjadi,” katanya.
Ditanya apakah UWSA mengakui rezim tersebut sebagai pemerintah Myanmar, juru bicara Wa mengaku pihaknya memiliki hubungan baik yang telah lama ada (dengan militer).
Meski memiliki hubungan baik yang telah berlangsung lama dengan militer, pemimpin Wa Bao Yu Xiang mengirim pesan ucapan selamat kepada Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Daw Aung San Suu Kyi akhir tahun lalu setelah kemenangan elektoralnya.
Pada 8 April, saat dalam perjalanan ke markas SSPP di Wan Hai dengan helikopter, komite perdamaian rezim diserang oleh anggota kelompok bersenjata Shan, menyebabkan seorang pejabat di dalamnya terluka.
Juru bicara kelompok bersenjata tersebut mengkonfirmasi serangan yang terjadi.
Pada Jumat (9/4), dalam konferensi pers disebutkan bahwa militer dan SSPP tetap melangsungkan diskusi damai meski sempat terjadi serangan.
“Mereka mengakui penembakan itu. Tapi kami bisa mengadakan diskusi damai. Saya harus mengatakan itu berhasil, “kata juru bicara militer, Zaw Min Tun. (gr)