Potret24.com, Pekanbaru – Kesan berbeda dirasakan pendatang yang singgah di Kota Pekanbaru 10 tahun yang lalu dibandingkan saat ini. Aroma mesum sangat terasa saat menginjakkan kaki di sudut Kota Pekanbaru.
Seorang expatriat asal Filipina Arnaldo Guiteres sampai menyebut Kota Pekanbaru seperti halnya Sin City. Kota yang bergelimang dosa.
“Seperti Sin City. Persis terasa seperti Kota Cebu di Filipina. Siapa Mayornya,” katanya dengan bahasa Inggris bercampur Indonesia.
Arnaldo yang juga sekaligus seorang pendakwah Kristiani ini menilai Kota Pekanbaru sebentar lagi akan menerima azab dari Tuhan.
“You punya kota sebentar lagi terkena azab. Kota ini sudah terkutuk. Prostitusi merajela dimana pun ada. Di Mall banyak, di hotel apalagi. Setiap hari saya perhatikan terlalu banyak pelaku prostitusi in you country,” katanya menambahkan.
“Apa you tidak khawatir. Saya awalnya tak percaya karena Pekanbaru identik dengan Suku Melayu. Melayu di Filipina sangat anti dengan prostitusi,” katanya lagi.
Bercakap dengan pendakwah Arnaldo semakin membuka cakrawala bahwa rusaknya akhlak para pengendali di Kota Pekanbaru. Orang-orang yang semestinya bisa bersuara keras terkesan terdiam lama.
“Para pemegang mandat di Kota Pekanbaru semuanya diam dan hening. Semestinya anggota DPRD Pekanbaru panggil Walikota dan pertanyakan kenapa prostitusi di Pekanbaru saat ini mewabah. Apa yang salah. Selanjutnya bersama mencarikan jalan keluarnya,” tegas seorang warga Kota Pekanbaru, Afifuddin.
Dirinya menilai Walikota Pekanbaru wajar dianggap pihak yang pertama harus dipersalahkan.
“Tapi kita khan bukan mencari siapa yang salah. Tapi bagaimana prostitusi di Pekanbaru bisa lenyap,” tegasnya lagi.
Kalau begini caranya dirinya takkan pernah menyetujui ketika Walikota Pekanbaru menutup habis prostitusi di Teleju.
Karena imbasnya para pelaku prostitusi masuk ke Kota Pekanbaru dan membentuk komunitas sesama mereka.
“Ini imbas Teleju ditutup. Para pengambil kebijakan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apalagi kemudian terjadi pergantian Walikota dari Herman Abdullah ke Firdaus. Walikota Pekanbaru Firdaus tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menahan eksodus pelaku prostitusi masuk ke Kota Pekanbaru,” katanya menambahkan.
Seharusnya ketika Teleju ditutup, Walikota Pekanbaru punya solusi menahan eksodus pelaku prostitusi tersebut masuk Kota Pekanbaru.
“Ini bukti Walikota yang sekarang tak belajar banyak dengan Walikota sebelumnya. Buyar khan dimana-mana prostitusi marak di Kota Pekabaru,” katanya menambahkan.
Dirinya berharap para pengembil kebijakan di Kota Pekanbaru mau duduk bersama untuk mencarikan solusi.
“Walikota, DPRD dan sejumlah pemuka agama dan masyarakat duduk bersama. Harus duduk bersama kalau tidak bisa-bisa 1/4 warga Pekanbaru berisika pelaku prostitusi dan penikmatnya,” tegasnya lagi. (gr)