Potret Nasional

Jalan Berliku Vaksin Nusantara, Digagas dr Terawan, Ditinggal FK-KMK UGM

21
×

Jalan Berliku Vaksin Nusantara, Digagas dr Terawan, Ditinggal FK-KMK UGM

Sebarkan artikel ini
Jalan Berliku Vaksin Nusantara, Digagas dr Terawan, Ditinggal FK-KMK UGM
Vaksin Nusantara

Potret24.com, Jakarta – Nama vaksin Nusantara sempat menggema lantaran menggunakan teknologi dendritik untuk COVID-19, diklaim sebagai yang pertama di dunia.

Vaksin yang digagas dr Terawan Agus Putranto ini kembali jadi perbincangan setelah tim FK-KMK UGM memutuskan mundur dari tim riset. Sejak awal, perjalanan risetnya banyak diwarnai kontroversi.

Klaimnya, vaksin ini merupakan kerja bareng Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan RSUP dr Kariadi Semarang dan mendapat dukungan dari Kementerian Kesehatan.

Lantas, apa yang terjadi sehingga FK-KMK UGM memilih mundur? Berikut riwayat perjalanan berliku vaksin nusantara:

1. Awalnya bernama ‘vaksin Joglosemar’

Pada Desember 2020, vaksin ini muncul dengan nama ‘Joglosemar’, digarap oleh PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc, perusahaan asal AS selaku pemasok teknologi dendritik.

Belakangan, jenis vaksin yang sama mendadak muncul kembali dengan nama baru, yakni vaksin Nusantara. Masih membawa klaim keunggulan yang sama, yakni penggunaan basis sel dendritik pertama di dunia yang nilai plusnya, bisa menciptakan antibodi seumur hidup.

2. Digagas Menkes Terawan

Perjalanan riset vaksin ini bermula pada November 2020. Saat itu, dr Terawan Agus Putranto masih menjabat sebagai Menkes. Pembicaraan awal riset ini juga melibatkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dr Slamet, MHP.

Kepala Balitbangkes dr Slamet MHK pada Jumat (19/2/2021) membenarkan, pihaknya memang membiayai uji klinis Fase 1 vaksin Nusantara.

3. Menuai banyak kritik

Pada Februari 2021, pihak Rama Pharma mengumumkan, vaksin Nusantara sudah lolos uji klinis Fase 1 dan sedang menunggu hasil evaluasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk dilanjutkan ke uji klinis Fase 2.

Sementara itu pada Jumat (19/2/2021) kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito menyebut, pihaknya baru menerima hasil uji klinis Fase 1 sehingga belum bisa memberikan kabar lebih lanjut soal uji klinis vaksin Nusantara.

Sejumlah ahli menilai, penggarapan vaksin ini tak akan efektif lantaran penggunaan dendritik sebagai basis vaksin dinilai terlalu rumit dan akan memakan biaya besar.

Salah satunya, ahli penyakit tropik dan infeksi dari Universitas Indonesia dr Erni Juwita Nelwan SpPD menyebut, proses manufacturing (pembuatan) vaksin Nusantara ini akan amat sulit.

4. Hanya 2 vaksin COVID-19 dendritik di dunia

Sebagaimana riset vaksin COVID-19 yang sudah masuk tahapan uji klinis pada umumnya, vaksin nusantara juga terpantau oleh organisasi kesehatan dunia WHO. Dari 79 kandidat vaksin di laman Landscape of candidate vaccines in clinical development, dua di antaranya menggunakan teknologi dendriti.

Salah satu di antaranya adalah vaksin nusantara. Tercatat, uji klinis Fase 1 vaksin Nusantara berlangsung pada Desember 2020 – 31 Januari 2021.

5. Ditinggalkan tim FK-KMK UGM

Lantaran tak kunjung mendapat update soal kelanjutan vaksin Nusantara, FK-KMK UGM mengundurkan diri dari tim penelitian. Wakil Dekan FK-KMK UGM Bidang Penelitian dan Pengembangan dr Yodi Mahendradhata menyebut, pihaknya sudah mengirim surat pengunduran diri ke Kemenkes.

Melalui rilis pada Senin (8/3/2021), ia menyebut bahwa pihaknya sebenarnya belum terlibat sama sekali dalam penggarapan vaksin Nusantara. (gr)