Potret WisataPotret Sumatera Barat

5 Fakta Jam Gadang, Ikon Kota Bukittinggi yang Wajib Dikunjungi

4
×

5 Fakta Jam Gadang, Ikon Kota Bukittinggi yang Wajib Dikunjungi

Sebarkan artikel ini
Jam Gadang di Kota Bukittinggi

Potret24.com, Bukittinggi – Jalan-jalan ke Sumatera Barat akan makin sempurna bila kamu berkunjung ke Jam Gadang. Objek wisata ini punya sejumlah fakta menarik. Ini penjelasannya.

Jam Gadang, begitulah sebutan untuk salah satu ikon kota Bukittinggi ini yang terletak di pusat Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat.

Dinamakan Jam Gadang, karena di semua sisinya memiliki jam dengan ukuran yang besar.

Bangunan ini merupakan peninggalan sejak zaman Hindia-Belanda dengan design kontruksi bangunannya dari seorang arsitek Minangkabau, yaitu Jazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh. Pembangunan Jam Gadang ini dimulai pada tahun 1826.

Terdapat beberapa fakta menarik seputar Jam Gadang yang wajib untuk kamu ketahui. Ini penjelasannya.

1. Pemberian Hindia-Belanda

Jam Gadang merupakan sebuah hadiah yang didirikan pada masa Pemerintah Hindia-Belanda atas perintah dari Ratu Wilhelmina dari Belanda. Jam Gadang ini merupakan hadiah yang diberikan kepada sekretaris (Controleur) Kota Bukittinggi (Fort de Kock) yang menjabat pada masa itu yakni, HR Rookmaaker.

2. Mesin dibuat di Jerman

Jam Gadang ini menggunakan mesin yang di produksi oleh pabrik Vortmann Recklinghausen, Jerman. Pabrik ini hanya memproduksi dua mesin jam saja yang setipe dengan Jam Gadang, dan mesin jam itu digunakan dalam jam Big Ben yang terletak di Kota London, Inggris.

3. Punya 4 tingkat dengan fungsi berbeda

Bangunan dasar dari Jam Gadang memiliki luas 13 x 4 meter dengan tinggi dari bangunan Jam Gadang ini mencapai 26 meter yang terdiri dari 4 tingkatan dengan masing-masing tingkatan mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

Dimulai dari tingkat pertama yang berfungsi sebagai ruangan petugas, tingkat kedua merupakan tempat bandul pemberat jam, sedangkan pada tingkat ketiga adalah tempat dari mesin jam itu sendiri, dan yang terakhir adalah tingkat keempat berfungsi sebagai puncak bangunan Jam Gadang dimana lonceng dari jam itu ditempatkan.

4. Dibangun menggunakan putih telur
Ternyata dalam proses pembangunan Jam Gadang ini sama sekali tidak menggunakan besi penyangga dan semen. Bahan bangunan yang digunakan hanya sebatas pasir putih, kapur, dan putih telur.

Selain digunakan dalam bidang memasak dan kecantikan, pada zaman dahulu putih telur juga digunakan sebagai perekat untuk menggantikan fungsi dari semen. Diyakini bahwa putih telur memiliki zat perekat yang sangat kuat.

5. Angka romawi pada Jam Gadang

Banyaknya para wisatawan yang menyangka bahwa Jam Gadang menggunakan angka romawi yang salah. Jam Gadang menggunakan angka romawi IIII sebagai pengganti angka 4.

Banyak versi yang mengatakan mengapa pada jam tersebut menggunakan angka romawi IIII dan bukannya IV.

Salah satu ceritanya adalah penulisan angka 4 menggunakan angka romawi IIII merupakan permintaan dari salah seorang raja yang bernama Raja Louis XIV.

Alasan dari raja ini meminta penulisan angka romawinya seperti itu adalah agar menyeimbangi angka romawi lainnya. (gr)