Potret24.com, Washington DC – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menunjuk seorang diplomat senior menjadi Utusan Khusus untuk Yaman yang akan ditugaskan mengakhiri konflik Yaman.
Biden mengumumkan penunjukan ini saat menyatakan AS mengakhiri dukungan untuk operasi militer pimpinan Arab Saudi melawan pemberontak Houthi di Yaman.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (5/2/2021), AS diketahui telah mendukung operasi militer pimpinan Saudi yang berlangsung selama lebih dari enam tahun terakhir di Yaman.
Konflik di Yaman, antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dengan koalisi Saudi itu, sejak lama dipandang sebagai perang proxy.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut konflik Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan 80 persen warga di negara itu ada di ambang kelaparan skala besar.
“Perang ini harus berakhir,” tegas Biden saat berpidato soal kebijakan luar negerinya pada Kamis (4/2) waktu setempat.
“Dan untuk menggarisbawahi komitmen kita, kita mengakhiri semua dukungan Amerika untuk operasi ofensif dalam perang di Yaman, termasuk penjualan senjata yang relevan,” ucapnya.
Dalam pidatonya, Biden juga mengumumkan penunjukan seorang diplomat senior AS, Timothy Lenderking, sebagai Utusan Khusus AS untuk Yaman.
Penunjukan Lenderking ini dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan diplomasi AS ‘untuk mengakhiri perang di Yaman, sebuah perang yang telah menciptakan bencana kemanusiaan’.
“Tim memiliki pengalaman seumur hidup di wilayah tersebut, dan dia akan bekerja dengan utusan PBB dan semua pihak yang berkonflik untuk mendorong resolusi diplomatik,” cetus Biden, menyebut nama panggilan Lenderking.
“Dan diplomasi Tim akan didukung oleh USAID, bekerja untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan menjangkau warga Yaman yang mengalami kehancuran tak tertahankan,” imbuhnya.
Biden menegaskan dirinya telah meminta tim penasihatnya untuk urusan Timur Tengah agar memastikan dukungan AS bagi inisiatif yang dipimpin PBB untuk memberlakukan gencatan senjata, membuka saluran kemanusiaan, dan memulihkan perundingan damai yang sudah lama tidak aktif.
Perang di Yaman dimulai pada 2014, ketika pemerintah Yaman yang relatif lemah mulai menghadapi tekanan dari kelompok Houthi, yang diyakini mendapat dukungan Iran.
Tahun berikutnya, perang makin meluas setelah Arab Saudi dan delapan negara lainnya di kawasan itu ikut terlibat, dengan dukungan AS, Inggris, dan Prancis.
Koalisi pimpinan Saudi ini gencar melancarkan serangan-serangan udara di Yaman, yang selain menewaskan para pemberontak Houthi, namun warga sipil tak bersalah juga banyak menjadi korban. (gr)