Potret24.com, Bangkinang – Sosok Muhammad Al-Fatih seorang pemimpin muda asal Turki yang juga sempat memimpin pasukan menaklukkan Konstantinopel layak dijadikan contoh bagi generasi muda saat ini. Terutama sekali bagi generasi muda Muhammadiyah. Karena anak muda Muhammadiyah dituntut harus selalu kuat dalam memegang prinsip, memiliki mental pejuang serta jujur dalam bersikap.
“Menjadi seorang pemimpin harus memiliki mental yang kuat, jujur dalam segala hal seperti Muhammad Al-Fatih,” ujar Hamdani.
Hal tersebut disampaikannya saat Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) dan Seminar Nasional Bela Negara serta Temu Alumni Kokam, Jumat (19/02/2021) di Tiga Dara Hotel dan Resort.
Turut hadir dalam acara Seminar Nasional Bela Negara dan Temu Alumni Kokam itu Firdaus selaku Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Riau, dan Dahnil Anzar Simanjuntak selaku juru bicara Menteri Ketahanan Republik Indonesia yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.
Dalam Seminar Bela Negara dan Temu Alumni Kokam itu, Ketua DPRD Kota Pekanbaru Hamdani MS SIP menyampaikan materi tentang menjadi kepemimpinan yang baik seperti halnya Muhammad Al-Fatih.
Dirinya juga menyampaikan tentang bagaimana menjadi seorang muslim yang baik serta memberi motivasi dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia di masa yang akan datang.
Bicara soal Muhammad Al Fatih atau Sultan Muhammad II, adalah Sultan Utsmani ke -7 dalam sisilah keturunan keluarga Utsman. Muhammad II memiliki gelar Al-Fatih dan Abu Al-Akhirat. Memiliki kepribadian kuat menggabungkan kekuatan dan keadilan yang membuatnya menjadi sosok legenda sejarah umat Islam yang sangat populer setelah berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel ke tangan umat muslim pada tahun 1453M.
Sosok Sultan Muhammad II merupakan seorang Khilafah Utsmaniyah, memerintah hampir selama tiga puluh tahun yang diwarnai dengan kemuliaan dan kebaikan bagi kaum muslimin. Ia memiliki amanah menjadi Sultan Utsmani setelah menggantikan ayahnya Muhammad 1 yang telah wafat pada tanggal 16 Muharram 855 H, bertepatan dengan 18 Februari 1451 M. Ketika itu Muhammad II masih memiliki umur menginjak 22 tahun.
Sejak masa kecilnya memiliki keunggulan dalam menyerap dan menangkap ilmu pengetahuan. Ia memiliki pengetahuan yang luas, khususnya dalam bidang Bahasa, serta memiliki kecenderungan besar terhadap buku-buku sejarah. Inilah yang membuatnya menjadi sosok seorang pemimpin pasukan muslimin yang memiliki keahlian urusan manajemen, administrasi negara, penguasaan medan dan ahli strategi perang.
Keunggulan akhlaknya terhadap Syariat Islam membuatnya memiliki sikap bijaksana, pemberani, suka memberi, dan rela berkorban, demi membela akidah dan syariat. Semua itu dilakukan dengan mengharapkan pahala dari Allah.
Ditambahkan Hamdani, Sultan Al-Fatih terjun sendiri ke medan laga dan berperang melawan musuh dengan pedangnya sendiri. Dalam peperang di wilayah Balkan, tentara Utsmani berhadapan dengan tentara Bughanda yang bersembunyi di balik pepohonan yang rapat.
Pasukan Utsmani yang melihat mocong meriam yang diarahkan dari pepohonan seketika melakukan tiarap karena posisi tertahan dari serangan mengejutkan tersebut.
Kemudian sang Sultan lalu berteriak dengan lantang “Wahai pasukan Mujahidin, jadilah kalian tentara Allah, dan hendaklah ada dalam dada kalian semangat Islam yang membara”.
Kemudian ia memegang tameng dan menghunuskan pedangnya, serta segera memacu kudanya ke arah paling depan tanpa menoleh kepada apapun.
Tindakannya ini memunculkan semangat jihad yang membara, kemudian semua pasukan bergerak dengan gemuruh takbir menyusul komandan tertingginya tersebut.
Pasukan Utsmani berhasil mempora-porandakan pasukan Bughanda serta berhasil memenangkan peperangan.
Terakhir Hamdani menegaskan, generasi muda Muhammadiyah semestinya menjadikan contoh para pejuang-pejuang Islam seperti halnya Muhammad Al Fatih.
“Pemuda juga harus punya pola pikiran yang sehat dan fisik yang prima, sehingga nantinya menjadi pemimpin yang kokoh. Dan yang paling utama juga adalah keimanan kita kepada Allah,” ujar Hamdani dalam closing statementnya.
Sambutan Ketua DPRD Kota Pekanbaru Hamdani MS SIP disambut dengan sangat hangat oleh para tokoh Muhammadiyah Riau, panitia dan juga peserta Seminar Nasional Bela Negara dan Temu Alumni Kokam.
Dia juga diharapkan terus memberikan pencerahan bagi para pemuda. (gr)