Potret24.com, Batam – Pernyataan anggota DPRD Kota Batam, Utusan Sarumaha beberapa waktu lalu menyebutkan jika sebagian masyarakat Nias Kota akan mendukung cagub Kepri nomor urut 2 Isdianto di sejumlah media berbuntut panjang.
Pernyataan dinilai sepihak oleh Utusan Sarumaha itu pun menuai protes dari ribuan jiwa masyarakat Nias di Kota Batam.
Lewat perkumpulan dinamakan Masyarakat Nias Kepri (Manis), sejumlah perwakilan tokoh Nias Kota Batam membuat petisi dalam sebuah kertas selebaran dan membantah hal tersebut.
Menurut seorang salah satu tokoh Nias Kota Batam Fisman F Gea, pernyataan yang dilontarkan oleh Utusan Sarumaha merupakan klaim sepihak.
Dia menegaskan bahwa jika masyarakat Nias Kota Batam tidak pernah menegaskan menyatakan dukungan terhadap calon gubernur Kepri nomor urut 2, Isdianto.
“Saya masyarakat Nias, tapi tidak pernah mendukung dan mengangkat Isdianto sebagai ayah angkat. Pernyataan itu hanya sepihak. Dan cenderung memantik problem sosial yang berpotensi berdampak tidak harmonis,” kata mantan Anggota DPRD Kota Batam ini.
Fisman berpendapat, dalam hukum adat, pengangkatan seseorang menjadi ayah angkat tidak diperkenankan hanya melalui ucapan bibir saja. Pengangkatan seseorang menjadi ayah harus melalui proses hukum adat.
“Kalau namanya mengangkat ayah angkat ada adatnya. Tidak bisa dengan hanya mulut saja, apa lagi menyangkut seorang tokoh,” cetusnya.
Ditempat yang sama. Herman Lase sesepuh masyarakat Nias mengaku, kaget atas statement tersebut. Dia juga menyayangkan statement sepihak oleh Utusan Sarumaha.
Menurutnya, kepentingan politik pribadi Utusan Sarumaha sebaiknya tidak dikaitkan dengan kesukuan. Sebab, masyarakat Nias Kota Batam belum pernah mendeklarasikan dukungan terhadap calon gubernur Kepri Isdianto.
“Jangan bawa nama masyarakat Nias seolah-olah kami-kami orang tua ikut mendukung. Padahal, itu tidak pernah terjadi sama sekali,” tegasnya.
Karena itu, Herman meminta Utusan Sarumaha mencabut statementnya dikarenakan hal itu dapat memicu gejolak sosial bagi masyarakat Nias Kota Batam.
“Harap di cabut dan tidak boleh ada sepihak. Ini berpotensi memantik gejolak sosial di tengah-tengah masyarakat Nias,” pintanya.
Masih ditempat yang sama. Senada juga diungkapkan tokoh masyarakat Nias di Batam, Roni F Gea. Roni yang telah merantau dari Pulau Nias ke Batam sejak 1974 menyayangkan sikap dan pernyataan Utusan Sarumaha.
Roni pun mengingatkan Utusan Sarumaha agar berhati-hati menyampaikan pernyataan sepihaknya. Apalagi, kata dia, selain sebagai anggota DPRD Kota Batam, Utusan Sarumaha juga adalah Ketua DPD Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (Himni) Kepulauan Riau.
“Jabatan ketua DPD itu 24 jam melekat. Jadi jangan politisi hal-hal yang belum dibicarakan dengan sesepuh dan tokoh. Jangan karena gegara anda Anggota DPRD Kota Batam seenak anda saja. Kami orang tua kecewa melihat sikap seperti ini. Harap klarifikasi dan menarika kembali kata-kata itu,” kata Roni.
“Tapi jaga mulut. Jangan seenak mu klaim ayah angkat orang Nias. Saya pun tak kenal Isdianto. Jabat tangan pun tak pernah. Jangan hanya karena politik, kau jual nama dan Marwah masyarakat Nias? Saya juga masyarakat Nias,” ditambahkan Tonas Giawa.
Pada konferensi pers itu, sejumlah tokoh masyarakat Nias. Diantaranya, Pendeta Fanolo Telaumbanua, Pastor Iskandar Dachi, Yamon Gea, Pendeta Sigema Gulo, dan Beberapa tokoh masyarakat Nias lain.
Dalam konfrensi pers itu, mereka menyayangkan dan membantah pernyataan Utusan Sarumaha. (iwan)