Potret Pendidikan

Masuk Sekolah di Masa Pandemi Corona, Kebijakan Spekulatif ala Pemko Pekanbaru

7
×

Masuk Sekolah di Masa Pandemi Corona, Kebijakan Spekulatif ala Pemko Pekanbaru

Sebarkan artikel ini
Belajar tatap muka di sekolah di masa pandemi Corona

Potret24.com, PEKANBARU – Keputusan dimulainya sistem pembelajaran tatap muka di sejumlah seolah setingkat SMP di Kota Pekanbaru dinilai sebuah keputusan yang beresiko tinggi.

“Resikonya sangat tinggi dan keputusan yang terlalu spekulatif ala Pemko Pekanbaru,” ujar Desmawati, seorang ibu dengan dua anak yang duduk di bangku SMP di Pekanbaru.

Menurutnya semestinya Pemko Pekanbaru melalui Disdik Pekanbaru menyiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu sebelum mengizinkan proses belajar mengajar di sekolah.

“Sekolah minimal harus dipersiapkan lebih dahulu. Minimal sudah disterilkan atau disemprot desinfektan. Sekalian dibuatkan aturan yang jelas bagaimana aturannya anak-anak di sekolah. Mana yang boleh atau tidak boleh harus jelas,” katanya menambahkan.

Desmawati sendiri mengaku belum memperbolehkan anaknya sekolah sebelum adanya kepastian keselamatan anak-anaknya di sekolah.

“Apa mampu pihak sekolah mengawasi anak-anaknya nanti. Karena kita sama-sama tahu gimana karakter anak-anak. Mereka berbaur dan seenaknya bersalaman dengan teman-temannya di sekolah. Orangtua mana yang tidak khawatir,” ujarnya lagi.

Hal senada juga disampaikan Ilham Jayakusuma kepada potret24.com.

“Setahu saya Kota Pekanbaru masih zona oranye. Jadi memang sesuai aturannya belum diperbolehkan anak-anak untuk bersekolah. Tapi kenapa di Pekanbaru bisa diperbolehkan. Pertanyaan itu yang selalu mengganggu pikiran saya,” ujarnya.

Dirinya meminta Pemko Pekanbaru melalui Disdik Pekanbaru segera mengevaluasi kebijakan sekolah tersebut demi keselamatan anak-anak kita nantinya.

Setahunya memang banyak orang tua siswa yang menyambut positif diperbolehkan anak-anak kembali bersekolah.

“Mungkin mereka merasa repot mengurus anaknya di rumah. Jadi ketika keluar keputusan anak-anak bisa kembali bersekolah, hatinya bersorak senang. Padahal anak-anak mereka sengaja dijadikan kelinci percobaan penerapan atas kebijakan spekulatif,” tegasnya lagi.

Ditegaskan Ilham lagi dirinya tidak merasa repot membantu anaknya sementara study at home.

“Tinggal membagi waktunya seefisen mungkin. Pagi hari saat dirinya kerja, anaknya sibuk mengerjakan tugas-tugas yang dikirimkan masing-masing gurunya. Sekembalinya dari kantor, dia sisihkan waktu satu hingga dua jam membantu melihat hasil kerja anaknya terkait tugas yang diberikan pihak sekolah,” katanya menambahkan.

Ketika ditanyakan apa tugas barunya ini merepotkan, dengan tegas dia menjawab, tidak.

“Tidak ada yang repot tergantung kemauan kita saja. Saya rutin melakukan hal ini sudah hampir empat bulan. Dibawa enjoy saja,” katanya lagi.

Terkait adanya tudingan sejumlah orangtua siswa yang merasa kewalahan mengawasi anaknya belajar di rumah, dirinya malah merasa heran.

“Mau sedikit repot atau mau anaknya jadi korban Virus Corona,” katanya balik bertanya.

Terakhir study at home katanya lagi bisa mendekatkan dirinya dengan anak-anak.

“Terus terang sejak Virus Corona ini saya semakin dekat anak-anak dan semakin peduli dengan mereka. Itu sisi positifnya,” katanya mengakhiri. (gr)