Potret24.com, PEKANBARU – Terkait data anak stunting di Kota Pekanbaru, Kadiskes Pekanbaru, Drs HM Noer, MBS melalui Kabid kesehatan Masyarakat, dr Hariya Deatzy memberikan klarifikasi terkait data yang sempat disampaikan potret24.com kemarin.
“Di wilayah Kota Pekanbaru, data anak stunting mencapai 1.334 anak. Data tersebut bersumber dari aplikasi e-PPGBM (elektroknik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) yang mempunyai data by name, by address dan by NIK,” tegasnya dalam sebuah rilis yang dikirimkan langsung ke potret24.com, Rabu (04/11/2020).
Menurutnya lagi, data e-PPGBM merupakan data nasional yang menjadi acuan kuat untuk memperoleh informasi status gizi individu baik balita maupun ibu hamil secera cepat, akurat, teratur serta berkelanjutan. Data ini selanjutnya bisa dijadikan landasan untuk perumusan kebijakan terkait masalah gizi balita.
Sementara Kadiskes Pekanbaru, Drs HM Noer, MBS ketika dihubungi, Kamis (05/11/2020) menekankan Pemko Pekanbaru senantiasa fokus terkait penanganan persoalan stunting di Kota Pekanbaru.
Ditegaskannya lagi, persoalan stunting di Kota Pekanbaru adalah problem serius yang harus segera ditangani secara bersama. Karena sesuai data Diskes Pekanbaru, sekitar 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting. Artinya lebih dari 20 persen penderita stunting saat ini.
Angka ini menempatkan Indonesia berada pada status kronis. Sebab WHO mengklasifikasikan negara mengalami status kronis jika angka prevalensinya melebihi 20 persen.
Angka ini juga menempatkan Indonesia di posisi teratas angka stunting terparah di Asia tenggara. Negara tetangga kita yakni Malaysia, angka prevalensinya hanya 17,2 persen.
Ditambahkannya lagi, persoalan stunting adalah problem serius yang harus ditangani segera oleh Pemko Pekanbaru.
Persoalan dampak stunting pada anak, dirinya membagi dalam dua kategori. Pertama dampak stunting pada anak jangka pendek seperti meningkatkan potensi sakit dan kematian pada anak serta perkembangan kognitif, motorik dan verbal anak menjadi terhambat dan tidak optimal.
Hal yang kedua tambah HM Noer adalah dampak jangka panjang yang akan diderita si anak penderita stunting antara lain, postur tubuh tidak optimal dan cenderung lebih pendek ketimbang anak seusianya, meningkatkan resiko obesitas dan cenderung mengidap penyakit jantung, diabetes dan kanker.
Selain itu tambahnya lagi, kapasitas reproduksi cenderung menurun, kemampuan belajar dan performa di sekolah tidak optimal.
Terakhir produktivitas dan kapasitas kerja ketika dewasa tidak akan bisa optimal. Kadiskes berharap persoalan stunting di Kota Pekanbaru harus sesegera mungkin kita eliminir.
“Demi masa depan Kota Pekanbaru ke depannya harus kita ciptakan generasi muda yang sehat, cerdas dan berakhlak tinggi. Tentunya masalah stunting harus kita selesaikan terlebih dahulu,” ujarnya menambahkan. (gr)