Potret24.com, PEKANBARU – Setelah sempat menerima kecaman masyarakat dan saran Pemprov Riau melalui Kadiskes Riau, Mimi Yuliani Nazir untuk menunda pelaksanaan belajar tatap muka sampai kondisi memungkinkan.
Namun Plt Kadisdik Pekanbaru tetap akan menggelar belajar tatap muka meskipun sifatnya pertemuan terbatas.
“Pada pertemuan terbatas ini, peserta didik di sekolah hanya melakukan konsultasi pembelajaran tertentu. Peserta didik lebih bersifat bimbingan dan tidak melakukan pembelajaran seperti biasanya,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Ismardi Ilyas, Kamis (19/11/2020).
Kata dia, pertemuan terbatas nantinya maksimal 2-3 jam per hari. Pertemuan terbatas ini dilakukan hanya satu kali dalam seminggu. “Tetap SMP Negeri dulu yang menerapkan pertemuan terbatas ini. Bagi sekolah yang berada di kecamatan zona kuning, dan berada di wilayah pinggiran,” jelasnya.
Ia mengungkap, saat ini Kota Pekanbaru masih dalam kategori zona orange, atau tingkat penyebaran sedang.
Maka dari itu sekolah tatap muka dihentikan, dan dialihkan ke pertemuan terbatas bagi sekolah yang berada di kecamatan dengan tingkat penyebaran rendah.
Namun, sekolah dapat melaksanakan pertemuan terbatas setelah mendapat persetujuan dari Disdik Kota Pekanbaru. Persetujuan diberikan setelah melihat kondisi wilayah atau kecamatan.
“Kita tunggu dulu pemetaan dari tim covid-19 Pekanbaru. Kecamatan mana saja yang penyebarannya rendah, baru pertemuan terbatas dapat dimulai. Kita perkirakan pekan depan dapat dimulai,” jelasnya.
Sebelum melaksanakan pertemuan terbatas, peserta didik dan guru harus melaksanakan rapid test. Rapid test dilaksanakan oleh Diskes Pekanbaru secara gratis.
Rencana Plt Kadisdik Pekanbaru mendapatkan respon positif masyarakat Kota Pekanbaru.
“Syukurlah belajar tatap muka di sekolah tidak dibatalkan, meskipun sifatnya hanya pertemuan terbatas,” kata Ny Yuliani kepada potret24.com.
Dirinya mengaku sudah sangat repot dengan pola study at home yang selama ini dilakukan Disdik Pekanbaru.
“Study at home betul-betul menyita waktu dan tenaga. Repot menyiapkan paket internet serta menyediakan waktu untuk membantu anak-anak belajar di rumah,” katanya menambahkan. (gr/ckp)