Potret Nasional

Analisis Epidemiolog UI soal Efektivitas PSBB

6
×

Analisis Epidemiolog UI soal Efektivitas PSBB

Sebarkan artikel ini

Potret24.com, Jakarta – Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Iwan Ariawan menyoroti efektivitas kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dia menilai PSBB yang diberlakukan ini sangat berpengaruh dalam menekan laju COVID-19.

Penjelasan ini disampaikan Iwan dalam Webinar Nasional bertajuk ‘Seri 2 Kelompok Studi Demokrasi Indonesia Strategi Menurunkan COVID-19, Menaikkan Ekonomi’. Iwan menyebut jika masing-masing daerah di Indonesia tak menjalankan PSBB maka kurva konfirmasi positif COVID-19 akan semakin meningkat.

“Di sini PSBB kalau kita tidak lakukan PSBB, kurva kita akan semakin ke atas. Kita lakukan PSBB, kurva kita melandai. Jadi sebetulnya kalau dari analisa kami dari PSBB lalu manfaatnya banyak karena secara risiko ini kita sudah menurunkan resiko penduduk Indonesia untuk terinfeksi COVID-19 setengahnya. Banyak tuh manfaatnya PSBB yang dulu,” kata Iwan pada Minggu (19/9/2020).

Iwan mencontohkan persentase penduduk di rumah saja dengan estimasi kasus baru konfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta. Berdasarkan data dari Quebiq Mobility Insight yang dia tunjukkan, tampak penurunan kasus positif COVID-19 saat pelaksanaan PSBB awal. Iwan pun menyebut kegiatan PSBB saat itu sukses menurunkan kasus positif Corona.

“Ini saat PSBB April-Mei ini kasus yang merah. Jumlah kasusnya landai terus nah ini yang biru menggambarkan kesuksesan PSBB artinya berapa persen penduduk yang di rumah saja,” jelasnya.

“Nah, disini kita lihat bahwa PSBB Jakarta itu termasuk PSBB sukses dimana hampir 60 persen orang nurut diam di rumah saja. Akibatnya apa? Epideminya lumayan terkendali pada saat PSBB,” sambungnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa DKI Jakarta menjalani PSBB Transisi, seluruh kegiatan ekonomi mulai berjalan dan penduduk mulai bergerak keluar rumah. Hal ini pun, lanjut Iwan, kembali berpengaruh terhadap kurva dimana kasus konfirmasi Corona mengalami peningkatan.

“Juni Gubernur Jakarta memutuskan untuk PSBB transisi. Apa yang terjadi? Penduduk bergerak tapi sebelumnya pun bergerak. Penduduk makin banyak bergerak artinya di dalam rumah masih sedikit di dalam rumah dan kasusnya naik. Jadi begitu PSBB dilonggarkan, kasusnya naik. Nah ini yang menjadi pertanyaan apakah harus PSBB terus, Ekonomi akan hancur,” ungkapnya.

Iwan pun menyimpulkan bahwa penambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 semakin meningkat jika pemerintah melonggarkan PSBB. Hal ini dilihat dari semakin banyak warga yang bergerak melakukan kegiatan ekonomi, semakin banyak pula warga yang terpapar COVID-19.

Dia mengatakan kasus konfirmasi cenderung stabil ketika warga diimbau untuk tetap di rumah saja. Menurutnya, inilah faktor yang mempengaruhi kegiatan PSBB berpengaruh terhadap dampak kesehatan dan dampak ekonomi.

“Sekarang kita lihat, ini kalau kita analisis lebih teliti ya kita lihat bahwa pada saat yang di rumah 60 persenan sampai 55 persen itu kasus COVID di Jakarta segitu saja setiap hari. Stabil. Tapi begitu lebih dari setengah orang itu keluar rumah kasusnya meningkat drastis. Jadi kita lihat bahwa semakin banyak penduduk bergerak,semakin ekonomi bergerak ini kasus COVID semakin banyak. Nah jadi bingung kan mana yang mau didahulukan,” ungkapnya. (gr)