Potret24.com, Boston – Ribuan pilot di AS tengah menghadapi kesulitan akibat pandemi virus Corona. Masa depan yang tak pasti mulai membayangi profesi ini.
Tak sedikit maskapai di AS yang berjuang untuk bertahan di tengah pandemi, di mana kondisi tersebut juga berimbas pada banyak pilot. Pada Kamis pekan lalu (16/9), perwakilan eksekutif dari maskapai besar AS telah bertemu dengan salah satu petinggi Gedung Putih, Mark Meadows untuk meminta dana darurat.
Pertemuan itu diiktui oleh CEO American Airlines, Doug Parker, Scott Kirby dari maskapai United dan Gary Kelly dari maskapai Southwest seperti diberitakan CNBC.
Jumlah penumpang pesawat di AS juga turun drastis, dari yang sebelumnya 2,3 juta penumpang di awal Maret menjadi 90 ribu penumpang di pertengahan April ketika kebijakan lockdown mulai diterapkan.
Kini, dunia penerbangan mulai melakukan penyembuhan. Hanya saja, jumlahnya masih kurang dari setengah penumpang di masa sebelum pandemi.
Saat ini, mayoritas dana operasional sejumlah maskapai di AS dibiayai oleh program Payroll Support yang dikeluarkan Pemerintah AS di bulan Maret. Atas kesepakatan tersebut, maskapai berjanji untuk tidak melakukan PHK hingga 1 Oktober 2020.
Target itu dibuat sedemikian rupa, dengan harapan COVID-19 dapat dikontrol di musim gugur tahun ini. Namun, hingga saat ini kondisi masih tak kunjung membaik.
“Kita memerlukan penumpang. Profesi kami saat ini tidak menjamin,” ujar Marc Himelhoch, pilot veteran maskapai American Airlines.
Di luar profesi pilot, kini publik masih takut untuk terbang. Sementara itu, pembuat kebijakan dan pakar penerbangan belum sepakat perihal bagaimana cara menyelamatkan industri penerbangan AS.
Termasuk para pekerja yang tergantung di dalamnya. Padahal, pihak International Air Transport Association menyebut kalau dunia penerbangan tak akan pulih hingga tahun 2024.
Menurut informasi dari Aero Crew News, kondisi saat ini telah memaksa sekitar 38 pekerja dunia penerbangan yang terdiri dari pilot, pramugari dan krunya untuk mengambil cuti.
Sejumlah karyawan yang berada di posisi yang lebih tak aman disebut mulai mencari pekerjaan di bidang transportasi lain.
“Banyak dari kami tertarik untuk bekerja di posisi di luar dunia penerbangan, seperti FedEx, UPS atau Amazon,” ujar salah satu pilot yang tak mau disebutkan namanya.
Kondisi pandemi memang telah menghilangkan prestige yang dahulu menyertai profesi pilot. Diketahui, pilot di AS saat ini hanya dibayar sekitar USD 1.500 atau setara dengan Rp 22 juta per bulan. Jauh dari gaji sebelum pandemi di tahun 2019 yang bisa mencapai USD 174 ribu.
Mayoritas, pilot di AS saat ini tengah berjuang untuk mengurangi pengeluaran dan lainnya. Kondisi disebut bisa makin memburuk setelah tenggat 1 Oktober mendatang.
“Tak ada cara untuk menghindarinya. Perusahaan akan menentukan berapa banyak orang yang akan di-PHK. Jika namamu tak ada di daftar, itu lah yang terjadi,” ujar pernyataan resmi asosiasi pilot Air Line.
Tercatat, ada sekitar 10 ribu pilot di AS yang tengah berjuang jelang tenggat. Pemecatan dipastikan terjadi dengan agresif tanpa pandang bulu.
Selain mencari profesi lain di luar dunia penerbangan, tak sedikit juga pilot yang memulai bisnis kecil seperti kedai kopi dan lainnya untuk bertahan hidup.
“Para pilot akan melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk menjaga keluarganya. Mereka bahkan rela menjadi supir Uber sampai menemukan pekerjaan yang lebih pasti,” ujar konsultan karir penerbangan, Cheryl Cage. (gr)