Potret24.com, Pekanbaru- Lain yang diminta, lain pula yang dijawab. Saat warga Kota Pekanbaru risau dengan paket penggunaan internet yang membengkak pasca penerapan belajar daring di rumah, Walikota Pekanbaru malah menunggu izin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Hal ini berkaitan belajar tatap muka satu hari dalam satu pekan yang diwacanakan Pemko Pekanbaru.
“Kita sudah ajukan persetujuan untuk belajar tatap muka ini kepada Kemendikbud, kita masih menunggu. Prinsipnya, kita akan mendukung keputusan Pemerintah Pusat dan yakin kita tidak melanggar kebijakan pemerintah,” kata Walikota Pekanbaru DR. H. Firdaus, ST, MT, Rabu (05/08/2020). Sebagaimana dilansir dari laman pekanbaru.go.id.
Sesuai konsep yang disusun, terang walikota, belajar tatap muka satu hari dalam satu pekan yang diwacanakan itu tidak seperti belajar biasa. Akan tetapi, peserta didik hadir ke sekolah hanya untuk menyetorkan tugas dan menerima pekerjaan rumah yang diberikan guru.
Saat hadir di sekolah, jumlah peserta didik pun dibatasi. Untuk kelas dengan jumlah peserta didik banyak, jam pertemuan dibagi dua. Separuh akan masuk sekolah di hari Senin, dan separuh lagi masuk di hari Kamis.
“Jadi untuk satu kelas akan dibagi dua, ada yang masuk hari Senin ada yang hari Kamis. Nantinya anak-akan akan duduk sendiri-sendiri dan dijarakkan,” papar walikota.
Walikota juga menyampaikan berbagai pertimbangan yang menjadi dasar bagi pemerintah kota untuk merealisasikan belajar tatap muka di sekolah. Di antaranya mengingat tidak seluruh wilayah di Pekanbaru yang bisa belajar dalam jaringan (daring).
“Juga tidak semua wali murid sanggup untuk mengisi paket datanya. Selain itu juga untuk mengobati kerinduan anak-anak belajar di sekolah,” tutupnya.
Terkait hal yang ditunggu Walikota Pekanbaru, seorang warga Kota Pekanbaru, Ismail Lahia sangat menyesalkan perilaku dan tingkah polah Walikota Pekanbaru.
“Itu contoh pemimpin yang kurang care dengan masyarakatnya. Kita minta kemudahan pembelian paket internet, dia malah meminta anak-anak mulai kembali lagi bersekolah. Itu anak-anak mau dibikin kena Corona semua yah. Sudah tahu kondisi saat ini tidak memungkinkan,” katanya menyesalkan permintaan Walikota Pekanbaru tersebut.
“Sudahlah Bapak Walikota yang terhormat. Tunggu dulu situasinya benar-benar aman baru minta persetujuan soal kembali bersekolah. Saya rasa takkan ada orangtua yang mau anaknya dijadikan kunci percobaan kebijakan ala Walikota Pekanbaru ini,” tegasnya lagi.
Dirinya menilai Walikota Pekanbaru tidak memiliki sense of care terhadap masa depan anak-anak sekolah.
“Situasi belum aman masak anak-anak mau diminta sekolah. Saat ini bapak selaku Walikota Pekanbaru perintahkan sekolah mau mengeluarkan Dana BOS untuk kebutuhan paket internet siswa tidak mampu. Sudah itu saja. Itupun kalau Dana BOS nya masih ada,” tegasnya lagi.
Baginya, masyarakat atau orang dewasa saja belum cukup taat dan disiplin menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, apalagi anak-anak atau siswa sekolah.
“Jadi sangat berisiko tinggi kalau sekolah dibuka di tengah pandemi. Sekolah bisa saja jadi kluster baru penyebaran Covid-19 kalau tidak ada penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin serta pengawasan dari guru atau pihak sekolah,” tambahnya mengakhiri.
Jadi intinya Walikota Pekanbaru jangan mandai-mandai dengan masa depan serta peluang hidup anak-anak dengan wacana kembali meminta sekolah dibuka. (gr)