Potret Nasional

Okupansi Hotel Sempat Naik 20% Saat Idul Adha, Tapi Tidak Merata

2
×

Okupansi Hotel Sempat Naik 20% Saat Idul Adha, Tapi Tidak Merata

Sebarkan artikel ini

Potret24.com, Jakarta – Pemerintah tak melarang mudik di perayaan Idul Adha 1441 Hijriah kemarin. Dampaknya, lonjakan kendaraan yang keluar dari DKI Jakarta meningkat.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk pun mencatat arus kendaraan yang melintasi tol keluar Jakarta meningkat 56,1%.

dibandingkan dengan kondisi normal. Sementara, di arus mudik pada Minggu (2/8) kemarin terjadi lonjakan volume lalu lintas hingga 14.6% dibandingkan dengan lalin normal.

Angka tersebut menunjukkan cukup banyak masyarakat yang mudik di Lebaran Kurban kemarin, dan memberikan efek pada tingkat hunian atau okupansi hotel-hotel di daerah.

“Di hotel beberapa memang ada kenaikan sesaat untuk momentum tersebut. Dan kami melihat mudik kali ini juga menjadi pelampiasan dari Lebaran kemarin yang nggak bisa mudik,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran kepada detikcom, Senin (3/8/2020).

Maulana mengungkapkan, khususnya hotel-hotel di Pulau Jawa tingkat okupansinya naik menjadi 20%. “Kalau kayak kemarin kan hanya 1-2 hari, terjadi lonjakan sampai 20%,” ungkapnya.

Namun, kenaikan itu hanya terjadi sesaat. Sehingga, okupansi hotel di daerah selama bulan Juli 2020 masih bertengger di level 5-15%.

“Kita masih bergerak di angka 5-15% itu masih angka kita, kalau diambil per bulan, karena kita nggak bisa mengambil per hari. Kalau kayak kemarin kan hanya 1-2 hari. Tapi kalau kita bicara okupansi 1 bulan masih di bawah itu, jauh. Karena kita bicara weekend,” jelas Maulana.

Menurutnya, arus mudik di Lebaran Kurban ini masih belum berdampak signifikan pada okupansi hotel-hotel.

“Kemarin itu tidak juga menjadikan ini kenaikan yang sangat drastis karena ini sangat temporary. Kenaikan itu capaiannya tidak terlalu tinggi, karena itu tersebar. Paling tinggi itu 10-20%. Tapi itu pun tidak merata. Jadi kalau kita hitungan ratanya paling cuma 5-10% itu paling tinggi,” terang dia.

Selain itu, ia mengatakan kenaikan ini hanya terjadi di Pulau Jawa. Sementara, okupansi hotel-hotel di luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih kecil. Pasalnya, masyarakat yang hanya mudik di wilayah Pulau Jawa masih bisa mudik menggunakan transportasi darat atau kendaraan pribadi dengan mengakses Jalan Tol Trans Jawa.

Sementara, jumlah masyarakat yang harus mudik ke luar Pulau Jawa masih sedikit melihat masih adanya keraguan untuk menggunakan transportasi udara.

“Nah beda kalau orang ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Paling cepat mereka harus melakukan dengan transportasi udara. Jadi lonjakan okupansi itu tidak merata,” pungkas Maulana. (gr)