Potret24.com, Pekanbaru- Munculnya nama Iyeth Bustami di gelaran Pilkada Bengkalis 2020 mendatang otomatis mengubah konstelasi politik. Sosok penyanyi top asal Bengkalis dikenal secara baik masyarakat Bengkalis dan nama besarnya tidak cacat.
Iyeth saat ini tengah diusulkan PDIP Riau untuk mendampingi Politikus PDIP Kaderismanto sebagai calon kepala daerah Kabupaten Bengkalis pada Pilkada 2020.
Pengamat sosial kemasyarakatan, Ilham Syukur menilai kehaditan Iyeth di Pilkada Bengkalis dipastikan akan mengerus limpahan suara yang pasti. Karena Iyeth dikenal secara baik dan santun di masyarakat Bengkalis.
“Masyarakat Bengkalis sangat kenal dengan sosok Iyeth. Karena selama ini Iyeth dikenal sebagai sosok yang baik dan santun. Otomatis kehadirannya bakal mengubah konstelasi politik di Bengkalis saat ini,” tegasnya saat ditemui, Kamis (06/08/2020).
Mengenai suara pasangan mana yang digerusnya, Ilham Syukur secara yakin menunjuk nama Kasmarni.
“Dua sosok wanita maju di Pilkada Bengkalis. Tak bisa dua-duanya dipilih pasti salah satu. Dan saya sangat yakin pilihan itu ada pada nama Iyeth Bustami,” katanya menambahkan.
Kehadiran nama Iyeth ditegaskannya sangat mengejutkan masyarakat Bengkalis dan sudah sewajarnya masyarakat Bengkalis angkat topi dengan PDIP Riau.
“Dalam hal ini saya harus angkat topi dengan kelihaian PDIP Riau melihat peluang di Pilkada Bengkalis. Dan saya akui sosok di PDIP Riau sangat cerdas membaca peta politik di Pilkada Bengkalis,” tegasnya lagi.
Selain itu pengamat politik Riau, Kehadiran yang baru muncul belakang menurut Tito ada plus dan minusnya. Selain mengejutkan, lambatnya deklarasi pasangan calon membuat mereka kekurangan waktu untuk melakukan konsolidasi.
“Faktor Iyeth memang menjadi kejutan, bisa merubah peta politik. Apalagi Iyet cukup populer di masyarakat. Tapi lambatnya deklarasi juga bisa merugikan pasangan itu sendiri, karena pasangan lain lebih dulu melakukan sosialisasi,” jelas Tito.
Disisi lain, Tito Handoko mengatakan, popularitas calon saja belum cukup untuk menjadi modal mengarungi pemilu.
” Pupuler belum cukup sebagai modal. Contohnya Rano Karno, bisa kalah meskipun ia dikenal banyak orang,” tambahnya. (gr)