Potret24.com, Jakarta – Beberapa waktu lalu, jagat Twitter ramai dengan tulisan almarhum Dono Warkop di majalah Forum 1993. Tulisan itu berjudul Kisah Sertu Jumadi.
Adalah sosok Haji Umar Syadat dengan akun Twitter @UmarAlChelsea75 yang mengunggah tulisan lengkap sang komedian legendaris tersebut.
Patut kita berterima kasih, karena dalam tulisan tersebut terlihat bagaimana Dono Warkop yang bernama lengkap Wahyu Sadono, seorang Sarjana Sosiologi dan Pelawak itu mengajarkan banyak hal.
Tak cuma menyinggung soal kerasnya kehidupan kala itu, Dono juga mengkritisi banyak hal. Bahkan hampir dalam setiap ketikannya itu terdapat makna.
Tulisan berjudul Kisah Sertu Jumadi itu mengisahkan tentang seorang polisi yang dulu tinggal di asrama polisi yang reyot, kumuh, berdesak-desak, bising dan berbau pesing, begitu Dono bilang.
Kemudian, Sertu Jumadi harus keluar dari asrama tersebut, sebab tempatnya digusur oleh pusat pertokoan yan canggih.
Kisah Sertu Jumadi pada awal tulisan itu memperlihatkan kesederhanaan.
Ia hidup bersama seorang istri dan dua anak. Dalam tulisan itu, Dono juga menyebut ikut arus ‘berperut gendut’.
“Untaian kata kalimat paragraf benar-benar kelas tinggi,” tulis seorang netizen berkomentar dalam unggahan tersebut.
Sementara banyak juga yang menilai tulisan tersebut sebagai salah satu referensi kehidupan sosial di Orde Baru. Tak sedikit juga yang membaca tulisan itu dengan logat komedi Dono di film-film Warkop DKI.
Sebagian besar yang berkomentar juga memanjatkan doa untuk almarhum Dono. Dono memang dikenal sebagai pelawak yang juga aktif di berbagai bidang, selain menulis, ia juga berkarier sebagai penyiar radio hingga dosen.
Perjalanan kariernya begitu panjang meninggalkan banyak hal untuk dipelajari generasi sekarang. Sang pelawak legendaris tersebut meninggal dunia pada 30 Desember 2001.
Dono meninggal di Rumah Sakit Santo Carolus, Jakarta Pusat. Ia sempat dirawat karena penyakit kanker paru-paru. (gr)